Tampilkan postingan dengan label Sex. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sex. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 September 2013

Pengalaman Masa Kecilku

By Nindi Chintiya | At 13.28 | Label : | 0 Comments
Saat itu saya baru kelas 3 SD, jadi belum tahu apa-apa tentang seks. Apalagi berhubungan badan. Umur saya waktu itu kira-kira masih 9 atau 10 tahun. Jadi saya rasa pembaca sekalian pun mengerti kalau di saat-saat usia seperti itu boleh dibilang kita tidak tahu apa-apa. Betul tidak? Sewaktu saya kecil seperti itu, saya tinggal di desa SB dengan kakek dan nenek saya. Memang dari umur 1 sampai kira-kira 12 tahun saya tidak pernah tinggal bersama orang tua saya. Boleh dikatakan di sana saya hidup tanpa teman, soalnya desa saya dulunya mayoritas penduduk pribumi, sedangkan saya non pribumi. Jadi hanya sebagian yang mau berteman dengan saya.


Karena apabila pulang sekolah saya tidak ada teman bermain, saya sering bermain sendiri atau kadang-kadang pergi ke rumah tetangga sebelah bermain-main. Tetangga sebelah saya juga mempunyai seorang anak dan jarang bergaul. Jadi kami selalu bermain bersama. Oh ya saya lupa, anak tetangga sebelah saya itu adalah seorang cewek manis dengan rambut panjang dan memiliki tinggi lebih dari saya. Dan satu lagi, umur dia lebih tua dari saya 2 tahun. Jadi pada saat itu, dia masih berumur kira-kira 13 tahun. Memang benar kata guru Biologi saya bahwa umumnya cewek lebih cepat dewasa ketimbang pria.

Hampir setiap hari saya main ke sebelah, dan orang tuanya juga baik kepada saya. Ya mungkin juga gara-gara anaknya jarang bergaul. Jadi mereka selalu senang kalau melihat saya bermain-main dengannya. Cewek teman saya bermain ini, kita sebut saja bernama Siska. Sering ditinggal sendiri di rumah, karena ibunya adalah seorang bidan yang setiap hari jarang di rumah. Sedangkan ayahnya adalah seorang pekerja. Jadi otomatis kalau ibunya pergi dia tinggal sendirian di rumah. Karena dia sering sendiri, kadang-kadang dia datang ke rumah saya untuk mengajak saya bermain di rumahnya. Terang saja saya mau, soalnya di rumahnya selain banyak permainan, juga bebas karena tidak ada orang yang melarang. Karena keseringan saya bersamanya, kami sudah tidak ada perasaan malu satu sama lain. Kami juga sering menonton acara TV berdua dan seingat saya waktu itu masih belum ada banyak saluran. Hanya ada TVRI saja. Bila di rumah sedang kosong, kami habiskan waktu dengan bermain-main, seperti main catur, main rumah-rumahan dan bila sudah bosan kami duduk berdampingan nonton TV bersama. Apabila nonton film horor saya sangat senang karena apabila dia ketakutan kami sering berpelukan. Karena dia lebih tua dari saya, tak jarang saya mendapat pelajaran tentang apa saja darinya.

Saya ingat pada suatu siang karena kecapaian bermain, saya tertidur di kamarnya. Mungkin karena dia juga kecapaian dia tidur juga di samping saya dan ketika saya bangun saya merasakan tangan saya sudah memegang sesuatu yang lembut dari tubuhnya dan ketika saya lihat ke samping ternyata tangan saya sedang memegang dadanya yang pada saat itu masih belum membesar tapi sudah lumayan untuk dinikmati. Karena belum mengerti apa-apa saya menggerakkan tangan saya untuk menggeser agar tidak mengganggu tidurnya, namun tangannya yang lembut tiba-tiba menangkap tangan saya agar tetap berada di dadanya. Sambil menggerak-gerakkan tangannya yang menangkap tangan saya di dadanya, saya lihat dia sepertinya keenakan. Dan walaupun saya waktu itu belum mengerti tentang yang begituan, tapi naluri saya mengatakan untuk terus melanjutkan kegiatan itu tanpa dikomando. Saya pun meletakkan tangan saya satu lagi ke payudaranya dan meremas-remasnya perlahan. Walaupun dia masih dalam keadaan tidur dan berpakaian lengkap. Namun sensasi yang saya rasakan waktu itu begitu indah. Bahkan kemaluan saya bisa berdiri sangat tegang.

Dia yang sudah merasakan bahwa tangan saya telah bergerak sendiri pun mulai melepaskan genggamannya pada tanganku dan membiarkan tangan saya bergerak sendiri. Kemudian tangannya bergerak menuju ke batang kemaluan saya yang sudah berdiri tegak tetapi karena waktu itu saya masih kecil, jadi batang kemaluan saya juga kecil dan masih botak. Saya terang saja kaget, karena dia tiba-tiba mengeluarkan kemaluan saya dan menggenggamnya. Saya waktu itu tidak mengerti apa maunya dan tidak pernah mengerti soal bagituan. Namun semakin lama saya semakin merasakan nikmat yang susah dilukiskan dengan kata-kata. Saya melihat dia telah membuka matanya dan melihat dia tersenyum melihat wajah polos saya yang tidak mengerti soal begituan. Dia kemudian dengan tangan satunya lagi mengangkat kaosnya ke atas dan sekarang hanya tinggal kaos kutangnya saja. Tangan saya yang kembali diam ditariknya kembali ke perutnya yang telanjang dan mengusap-usapkannya. Saya pun mulai mengusap-usap perutnya yang berkulit halus dan putih itu, karena saya merasakan bahwa kulitnya sangat enak dielus.

Dia yang tahu kalau saya sejak kecil tidak pernah tinggal bersama orang tua kemudian bertanya, "Tango, apakah kamu pernah minum ASI?" saya hanya menggeleng dan terus menikmati usapan tangan saya dan genggaman tangannya di batang saya. "Apakah kamu mau mencoba?" saya mengangguk dengan cepat, karena seumur-umur saya tidak pernah merasakan. Dia pun kemudian membuka kaos kutangnya dan terlihat olehku sepasang bukit yang tidak begitu tinggi mencuat ke atas. Kemudian dia menghentikan aktifitasnya dan duduk bersila bersandar di dinding. Dengan bertelanjang dada dia kemudian mengambil kepala saya dengan lembut dan ditariknya agar rebah di pangkuannya dan setelah saya rebah dengan kepala tepat berada di pangkuannya. Dia kemudian memegang payudaranya yang sebelah kanan dan menyodorkannya ke mulut saya. Saya kemudian pun menghisap-hisap payudaranya. Dia tertawa kegelian dan kembali menangkap batang kemaluan saya dan mempermainkannya kembali.

"Kak, kok nggak ada susunya", protes saya waktu itu.
"Kita kan sekarang lagi main rumah-rumahan, jadi kita ecek-ecek aja."
Saya pun mengangguk dan kembali menghisap payudaranya yang masih berwarna merah muda itu.
"Nah, sekarang saya berperan jadi mama, dan kamu anak mama yang masih kecil jadi kamu harus nurut", katanya lagi dan saya tetap setuju walau saya kurang mengerti arah permainannya.

Tapi saya tidak perduli karena sepertinya permainan rumah-rumahan seperti begini yang baru pertama kali kami mainkan sepertinya sangat menarik dan mengasyikkan. Karena batang kemaluan saya terus dipermainkan dengan tangannya, tiba-tiba saya merasakan seperti ingin kencing. "Siska, eh, mama saya mau kencing." Dia pun menghentikan kegiatannya dan kemudian mengangkat kepala saya kemudian berkata, "Oke.. sekarang mama bawa kamu ke kamar mandi dan sekalian mandi yah." Saya kembali mengangguk. Sesampai di depan pintu kamar mandi, dengan masih bertelanjang dada dia kemudian membuka semua pakaian saya. Saya hanya menurut, dan kini saya tanpa sehelai benang pun yang menutup ditariknya tangan saya ke kamar mandi, dia pun kemudian menutup pintu dan mulai membuka celananya plus CD-nya. Kini untuk pertama kalinya saya melihat dia telanjang bulat di depan saya. Entah kenapa kemaluan saya yang tadi sempat turun, kembali naik setelah melihat dia jongkok untuk pipis sehingga kemaluannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu halus terlihat jelas.

Liang kemaluannya yang kemerah-merahan membuat saya terbengong. "Lho, katanya mau kencing?" katanya sambil tersenyum dan kembali memandang junior saya yang sudah naik tinggi. Saya pun kemudian berjalan menuju klosetnya dan kencing di sana, tapi kencing saya sedikit saja. Setelah selesai bahu saya kemudian dipegangnya dan kemudian dia membalikkan tubuh saya dan kembali terlihat oleh saya teman bermain saya yang kini berperan sebagai ibu dengan rambut diikatnya ke atas dengan tanpa busana. Kemudian dia pun mulai memandikanku seperti seorang ibu memandikan anaknya atau bila boleh dikata memandikan suaminya, sebab dia selalu saja memegang kemaluan saya.

Setelah selesai memandikan saya, saya dimintanya untuk menunggu sebentar dan duduk di kloset karena dia bilang kalau sekarang giliran mama yang mandi. Saya hanya duduk dan melihat dia mandi. Setelah ia selesai membersihkan badannya. Dia kemudian berjalan menuju saya dan berkata, "Sstt.. sekarang ceritanya kamu sudah besar dan sedang mandi dengan istrimu", kemudian dengan sikap jongkok dia kembali sekali lagi menggenggam batang kemaluan saya dan kali ini dia masukkan ke mulutnya yang mungil, sambil dikocok-kocok dan mengulumnya. Saya merasakan geli dan nikmat menjadi satu. Kemudian entah naluri dari mana tangan saya berusaha menggapai payudaranya. Melihat tangan saya bergerak dan berusaha menggapai payudaranya tapi tidak sampai karena Siska sedang berjongkok, dia pun kemudian naik dan membungkuk dengan mulut tak lepas dari batang kemaluanku dengan maksud agar tanganku sampai ke dadanya.

Setelah sampai saya pun meremas-remas dadanya. Setelah lama bermain dengan gaya begitu, dia kemudian berdiri, dan menyuruh saya agar ikut berdiri. Saya kembali hanya mengikutinya karena saya menganggap permainannya kali ini sangat menarik. Dia kemudian menyandarkan saya ke dinding kemudian saya lihat wajahnya sangat dekat ke wajah saya. Saya sering melihat adegan berciuman di TV, maka saya pun ingin merasakan berciuman dan saya rasa dia juga demikian. Maka sedetik kemudian kami sudah saling mengulum walaupun pada saat itu kami tidak mengerti caranya. Kami hanya saling mengisap dan mengulum. Karena saya waktu itu lebih rendah beberapa centi darinya. Jadi sewaktu ia menciumku, tubuhnya sangat rapat dan saya dapat merasakan payudaranya menekan ke dada saya, sedangkan di bawah saya merasakan kalau pinggulnya bergerak maju mundur, sebab saya waktu itu bisa merasakan kalau batang saya yang sudah tegak itu bergesekan dengan selangkangannya yang maju mundur.

Setelah puas berciuman tanpa bicara dia kemudian memegang kemaluan saya dan mengarahkan ke liang kemaluannya. Namun pada saat itu saya rasa dia telah mengerti soal keperawanan sedangkan saya tidak tahu apa-apa (yang penting enak) dia hanya memasukkan sedikit batang kemaluan saya ke liang kemaluannya. Hanya kira-kira 1/3 dari panjangnya dia genggam dan masukkan ke lubang kemaluannya. Kemudian setelah dia taksir tepat, dia pun mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga tepat 1/3 bagian yang masuk ke lubangnya. Waktu itu saya melihat dia seperti merasakan kenikmatan yang luar biasa karena berkali-kali dia mendesah dan mendesis.

Setelah beberapa menit saya merasakan ada cairan hangat membasahi batang kemaluan saya dan saya melihat dia berhenti dari aktifitasnya sesaat dan kemudian mencabut kemaluan saya. Dia kemudian mencolek sedikit cairan yang keluar dari lubang kemaluannya dan menciumnya. "Ini apa yah? kok bisa keluar dari memekku?" tanyanya kepada saya. Terang saja saya tidak tahu dan saya pun ikut mencolek sedikit dari kemaluannya. Sewaktu jari saya mencolek kemaluannya saya melihat dia mengejang sedikit, mungkin saat itu saya menyentuh klitorisnya. Dan saya pun menciumnya, "Nggak tahu yah, kok kental gini. Memangnya sebelumnya nggak pernah keluar?" dia hanya menggeleng. "Sudah dech, nggak pa-pa, entar juga tahu sendiri", katanya santai.

Kemudian dia pun membersihkan kemaluannya. Melihat saya masih terbengong dia pun kemudian menarik saya dan membersihkan batang kemaluan saya. Pada saat dia membersihkan, dia seperti mengocok-ngocok kemaluan saya dan kemudian menyiramnya dengan air, namun tak lama kemudian saya kembali merasakan mau kencing, "Siska, saya mau kencing nih."
"Ah.. kamu kan tadi baru kencing masa kencing lagi", jawabnya dengan tangan tetap membersihkan kelamin saya.
"Sis, udah nggak tahan nih, udah mau keluar", ucap saya sambil menahan sesuatu yang akan keluar.
"Keluarkan aja kalau memang ada", tantangnya.
Dan curr.. akhirnya saya tidak dapat menahannya dan kami berdua kembali terkejut dan saling memandang satu sama lain setelah apa yang tadi saya keluarkan habis. Sejenak saya bagai terbang ke awang-awang.

"Lho, kok kencing kamu warnanya lain?" tanyanya kepada saya.
Saya hanya mengangkat bahu.
"Sama seperti tadi, eh, kok ini kamu mengecil?" tanyanya lagi sambi menunjuk ke kemaluanku.
Saya kembali mengangkat bahu dan menjawab, "Nggak tahu yah.. tapi waktu tadi yang putih-putih itu keluar rasanya kok enak sekali", kali ini saya memberi respon.
"Iya, saya tadi juga merasakan kayak gitu", katanya.
"Mungkin ini sebabnya orang dewasa suka kayak gitu", sambungnya memberi alasan.
"Maksudnya?" tanyaku tak mengerti.
"Iya soalnya waktu tante saya datang dari Medan, waktu malam saya nggak sengaja liat tante sama suaminya sedang memasukkan kelaminnya seperti yang kita lakukan tadi, terus setelah saya intip lama, kemudian tante sama paman sama-sama bilang, Ahh.. dan kemudian mencabutnya, mungkin itu rasa nikmat karena cairan kayak gini keluar", Siska menjelaskan panjang lebar.
"Ooo.. tapi rasanya enak lho, lain kali kita main kayak gini lagi mau?" ajak saya.
"Ok, tapi kata mama saya, saya nggak boleh masukkan sesuatu ke memek saya dalam-dalam, katanya entar bisa berdarah, jadi saya takut. Tapi lain kali kita mainnya kayak tadi aja yah?"
Kali ini saya setuju dan mengangguk cepat.

Kemudian kami mandi sekali lagi dan berpakaian kembali.
"Eh, Tango lu jangan bilang siapa-siapa yah tentang yang kita lakukan tadi, entar kita bisa dimarahin", larangnya.
"Ok dech, tenang aja.. habis mandi enaknya ngapain yah?"
"Yuk kita nonton TV aja, sambil nunggu mamaku pulang."
Dan kami pun menonton acara kartun di TV yang pada saat itu sedang menayangkan kartun Kura-Kura Ninja. Setelah kartunnya habis, tak lama kemudian mama Siska pulang, dan saya pun mau pulang untuk belajar. Karena rumah saya hanya di sebelah dan hanya dibatasi pagar batu rendah, saya pun biasa pulang dengan memanjat pagar itu. Setelah sampai di atas pagar saya dengar Siska berteriak, "Tango, besok-besok kita main rumah-rumahan lagi yah?" Saya kemudian mengangguk dan mengacungkan jempolku kepadanya.

Nah, setelah kejadian itu saya semakin sering ke rumahnya, namun karena mamanya sekarang jarang keluar siang, jadi kami jarang bermain, dan seingat saya, saya hanya sempat bermain seperti itu empat kali dengannya dan selama kami bermain rumah-rumahan, keperawanannya tetap terjaga. Karena waktu saya umur 13 tahun, nenek saya dipanggil Tuhan. Dan saya pun dibawa kembali bersama orang tua saya dan melanjutkan sekolah saya di kota M, dan sampai sekarang saya jarang pulang ke desa SB dan bila saya ke sana saya sudah tidak pernah berjumpa Siska. Kata keluarganya dia ikut tantenya keluar kota. Dan pernah suatu kali saya pulang ke SB dan bertemu dengannya, kami hanya senyum-senyum tanpa berbicara, sebab kami berdua sepertinya malu kalau mengingat kejadian sewaktu kami belum mengerti apa-apa.

Minggu, 26 Mei 2013

Lagi Bobo Di Sofa Di Entot

By Nindi Chintiya | At 22.45 | Label : , | 0 Comments
Paling enak ngerjain cewek yang lagi bobo ^_^


Kamis, 04 April 2013

Tante Santi Sexy Doyan Ngentot

By Nindi Chintiya | At 13.18 | Label : | 0 Comments
Kisah ini terjadi beberapa tahun yg lalu, ini bermula saat aku sedang membantu sahabatku yg sedang melaksanakan persiapan pernikahannya di rumahnya. Lazimnya acara pernikahan pasti banyak orang yg turut membantu keluarga sahabatku itu, dari mulai tetangga sampai teman2 bermain sahabatku itu. Dari sekian banyak orang yg membantu itu ada salah seorang wanita yg menarik perhatianku. Wanita ini memakai gaun pesta yg sangat anggun dan seksi, dia memakai gaun terusan warna ungu dengan belahan rok memanjang hingga sampai ke pertengahan pahanya. Bila dia berjalan pasti kulit mulus pahanya sekilas mengintip, membangkitkan gairah siapapun yg melihatnya, terutama aku sendiri. Wajahnya biasa saja tapi karena kulitnya putih mulus membuat gairahku bangkit, aku berkhayal seandainya aku bisa menyentuh kulit mulusnya itu aku pasti akan melakukan apapun yg diminta.

Aku berusaha mencari tahu siapa gerangan wanita itu. Rupanya dia adalah adik mamanya, umurnya kutaksir sekitar 30 thn-an dan dia telah mempunyai putra 2 orang. Suaminya tidak bisa hadir karena sedang mengurus bisnisnya di luar kota. Aku sering meliriknya terutama saat dia berjalan, putih pahanya menyilaukan mataku dan membangkitkan gairahku. Rupanya diam2 dia mengetahui kalau aku sering mencuri2 pandang terhadapnya. Suatu saat aku terpergok dirinya saat aku sedang melirik ke belahan dadanya yg sedikit telihat dari luar gaunnya, sontan aku sangat malu dan takut seandainya dia marah lalu mengadukan perbuatanku itu pada keluarga sahabatku itu, duuh malunya aku seandainya dia lakukan itu. Tetapi rupanya dia tidak marah, malah justru tersenyum saat dia mengetahui aku sedang mencuri pandang ke arah bagian tubuhnya. Bukan main senangnya hatiku saat mengetahui dia tidak marah karena kenakalan mataku, mudah2an ini pertanda baik bagiku, batinku berkata. Aku mencari cara agar aku bisa berdekatan lalu berkenalan dengannya, tapi karena keadaan yg serba sibuk saat itu membuatku tidak mempunyai kesempatan untuk mendekatinya.

Akhirnya kesempatan itu tiba saat aku diminta tolong oleh mamanya sahabatku untuk mengambilkan pesanan kue di toko langganan mamanya, dan yg membuat hatiku bersorak adalah kala mamanya menyuruh adiknya untuk mengantarku ke toko kue itu. Dengan menggunakan mobilnya kami berangkat hanya berdua, wah kesempatan emas nih, sorak batinku dalam hati.
Dalam mobil aku ingin memulai pembicaraan dan berkenalan dengannya tapi entah mengapa bibirku terasa kelu, aku jadi serba salah karena selama di mobil pahanya yg putih bersih tersingkap sebagian karena bentuk belahan gaun dan posisi duduknya yg seakan2 sengaja membiarkan pahanya terbuka. Sesekali aku melirik ke arah pahanya dan tanpa terasa adikku perlahan mulai bangkit, ini membuatku jadi salah tingkah. Dia rupanya diam2 juga memperhatikan tingkah lakuku dan semakin menggoda diriku dengan gerakan kakinya yg membuat belahan gaunnya semakin lebar terbuka, membuat pahanya semakin kian terlihat olehku.

"Hayo, tadi liatin apa waktu di rumah?" ucapnya memecahkan keheningan. Aku yg mendapat pertanyaan itu sontan memerah, aku tersipu tapi pura2 tidak mengerti apa maksud pertanyaanya itu.
"Kamu nggak usah bohong deh ama mbak, mbak tau kok tadi kamu ngelirik ke arah mbak terus, emang ada yg aneh ya..?" pancingnya kepadaku.
"Emm, nggak kok mbak, eh gimana ya mbak, aduh aku jadi nggak enak kalau mau terus terang ama mbak, takut mbak marah nanti" jawabku kikuk karena aku takut dia marah bila dia tau aku bernafsu oleh tubuhnya yg indah itu.
Dengan tertawa kecil dia mendesakku untuk mengatakannya, akhirnya dengan sedikit malu2 aku berterus terang bahwa aku suka melihat pahanya yg putih mulus itu. Selesai berkata begitu aku menjadi tambah gugup karena aku takut dia akan marah mendengar penjelasanku tadi. Tetapi dia hanya tertawa lalu tanpa kuduga sama sekali dia lalu berkata,
"Emang kamu belum pernah megang paha cewek, kalau kamu mau megang pahaku pegang aja tapinggak boleh ngelantur megangnya ya.." katanya sambil tersenyum padaku.
"Bener nih mbak, mbak nggak marah.." jawabku memastikan ucapannya.

Dia tidak menjawab tapi tangannya langsung bergerak meraih tanganku lalu meletakkannyadi pahanya. Aku yg mendapat perlakuan seperti itu sontan menjadi lebih berani, kubelai pahanya dan kurasakan kulit mulusnya yg hangat menyentuh telapak tanganku. Kubelai2 pahanya dan sesekali kuremas gemas, lalu perlahan tanganku menelusup ke balik gaunnya merayap naik ke arah selangkangannya. Saat ujung jariku menyentuh kain penutup bagian paling sensitifnya, kudengar lenguhan tertahannya. Aku semakin bersemangat, perlahan kutelusupkan jariku ke pinggiran kain berendanya lalu mulai mulai memasuki celana dalamnya. Aku dapat merasakan bulu2 halus di sekitar vaginanya, tonjolan yg ada di dalam celana dalamnya kurasakan semakin keras mengacung. Aku menjadi semakin lupa diri, tapi saat jariku mulai menyentuh bibir vaginanya yg telah membasah, dia menahan tanganku lalu memberi isyarat keluar. Rupanya kami telah tiba di tujuan. Setelah merapikan gaunnya yg sedikit berantakan karena kenakalan tanganku tadi, kami beranjak keluar dari mobil lalu menuju ke toko kue langganan mama temanku dan mengambil kue pesanannya.

Dalam perjalanan pulang kembali ke rumah temanku aku ingin mengulang kembali usahaku tadi yg sempat terhenti, tetapi dengan halus dia menolakku dan mengatakan nanti saja lain hari dia akan mengajakku ke rumahnya guna menuntaskan hasrat kami yg sempat tertunda hari ini. Aku sangat senang mendengar ucapannya, lalu kucium pipinya dengan penuh gairah. Dia hanya tertawa kecil mendapat perlakuanku itu. Selama perjalanan kami hanya berbicara seadanya tapi tanganku sesekali mengelus paha mulusnya dan tangannya sempat beberapa kali meremas kejantananku seakan tak sabar ingin menikmatinya.
Namanya Santi, dia mengaku sering merasa kesepian karena suaminya jarang berada di rumah, suaminya adalah seorang pebisnis sukses yg mempunyai beberapa anak perusahaan sehingga dia lebih sering berada di luar rumah mengurus bisnisnya ketimbang istrinya yg seksi ini. Lalu kita saling bertukar nomer telepon dan dia berjanji akan menghubungiku nanti bila saatnya tepat.
Setelah kejadian itu aku selalu teringat akan dirinya dan berharap dia akan mengajakku main ke rumahnya lalu bercinta dengannya, aku tidak berani menghubunginya karena aku takut bila ada suaminya di rumahnya aku takut rencanaku bisa berantakan bila ketauan dengannya. Akhirnya Sinta menghubungiku, saat itu aku baru mandi pagi dan sedang bersiap akan keluar mencari pekerjaan karena saat itu aku masih pengangguran. Dia mengundangku untuk ke rumahnya, dia bilang anak2nya sedang sekolah dan pembantunya sedang pulang ke kampungnya kemarin menengok anaknya yg sakit. Saat ini dia sedang sendirian di rumah dan mengajakku memanfaatkan waktu yg ada bersama. Bukan main senangnya hatiku, dengan bergegas aku berpamitan pada orang tuaku, kukatakan aku akan pergi melamar kerja seperti biasanya.

Singkat cerita sampailah aku di alamat rumah yg diberikannya, dia tinggal di sebuah komplek perumahan elit. Kulirik sesaat jam tanganku, jam 9 kurang, berarti ada waktu beberapa jam sebelum putra2nya pulang dari sekolah, pikirku. Kupencet bel rumahnya, lalu tak lama kemudian dari rumah itu terdengar sebuah suara yg kukenal tapi sosoknya tidak keluar rumah, yg menyuruhku untuk langsung masuk dan mengunci kembali pagar depan rumahnya. Setelah mengunci pagar aku langsung bergegas masuk ke rumahnya. Saat aku telah berdiri di hadapannya barulah kusadari ternyata dia hanya memakai gaun tidur yang sangat merangsang. Warnanya hitam dan ukurannya sangat pendek hingga sebagian pahanya dapat terlihat jelas olehku, dan yg paling membuatku bernafsu adalah ternyata dia tidak mengenakan apa2 lagi di balik gaunnya itu. Itulah sebabnya dia tadi tidak membukakan pagar rumahnya dan hanya berteriak menyuruhku masuk, rupanya dia telah merencanakan semua ini, batinku berkata.

Lalu tanpa dikomando kami bergerak saling rangkul dan bibirnya adalah sasaran pertamaku. Kami berciuman dengan sangat panas, lidah kami saling berbelit di dalam rongga mulut kami. Tangannya erat merangkul pinggangku, tangan kananku mengelus punggungnya dan tangan kiriku meremas bokongnya gemas. Sekitar lima menit-an kami bercumbu dengan posisi itu sampai dia melepaskan pagutannya pada bibirku lalu menyeretku menuju kamarnya yg terletak di tengah. Setelah menutup dan mengunci pintu kamar dengan nafas memburu dia lalu mulai mempreteli bajuku satu persatu sampai tak tersisa, akupun tak mau kalah kulepaskan gaun tidurnya sampai kami sama2 polos tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami.
"Wow gede banget kontolmu Lingga, mbak pengen banget ngerasain kontolmu ini.." katanya sambil meraih kontolku dan dengan cepat dikulumnya. Aku hanya mendesah lirih saat bibir dan lidahnya bermain di kejantananku, kadang aku meringis nikmat saat lidahnya dengan lincah menggelitik ujung kontolku, membuat kejantananku semakin keras menegang.

Kepalanya bergerak liar maju mundur kadang berputar di kejantananku, menimbulkan sensasi nikmat yg sukar kuungkapkan dengan kata2. Sekitar 15 menit dia mengulum kontolku, lalu dia berdiri dan mengulum bibirku, kemudian dia beranjak ke ranjang, duduk di tepian ranjang sambil membuka kakinya lebar2. Aku mengerti keinginannya lalu aku berjongkok di depannya, kupandangi sejenak vaginanya sambil jariku meraba klitorisnya yg kulihat telah berdiri mengacung.

"Ayo sayang, jangan diliatin aja dong..cepet jilatin punya mbak, aku udah nggak tahan nih.." rintihnya memohon padaku untuk memulai aksiku sambil tangannya meraih kepalaku lalu didekatkan ke arah vaginanya. Dengan gerakan cepat dan tiba2 aku langsung menerkam klitorisnya dengan kedua bibirku lalu menguncinya erat. Lenguhannya keras terdengar saat aku lakukan itu.
"Aah sayang..kamu nakal ya, kamu ja..eugh" ucapannya terputus saat lidahku dengan gerakan cepat menyapu klitorisnya, kadang kutekan kepalaku ke arah vaginanya dan kutempelkan lidahku pada vaginanya rapat, lalu dengan gerakan cepat kugerakkan kepalaku berputar dengan posisi lidahku masih erat menempel di klitorisnya. Lenguhan dan erangannya semakin keras tersengar memenuhi seluruh ruang, nafasku dan nafasnya sudah sama2 memburu. Vaginanya semakin basah, cairan dari dalam vaginanya bercampur dengan air ludahku membuat vaginanya berkilat tertimpa cahaya lampu.

"Udah sayang..masukkan kontolmu, aku udah nggak tahan, aku mau..ughh.." rintihnya sambil tangannya menarik tubuhku naik, berharap aku segera memasuki tubuhnya. Tapi aku sengaja bertahan, aku ingin dia merasakan orgasme pertamanya dari permainan lidah dan bibirku. Kugencarkan seranganku pada vaginanya sampai kurasakan tiba2 tubuhnya menegang kaku, kedua pahanya erat menjepit kepalaku dan tangannya kuat meremas sprei. Diiringi jerit nikmat tubuhnya lalu menyentak liar tak terkendali, pinggulnya terangkat sejenak lalu tubuhnya lunglai, kedua kakinya lemah terbujur ke lantai. Matanya rapat terpejam dan bibirnya setengah terbuka menggumamkan erangan lirih. Aah rupanya dia telah mendapat orgasme pertamanya, pikirku senang.
Aku bergerak berdiri lalu kuangkat seluruh tubuhnya yg telah lunglai ke atas pembaringan, kemudian aku berbaring disisinya. Kupandangi wajahnya yg penuh keringat, kuseka keringat yg menetes di wajahnya lalu kukecup dahinya lembut. Mendapat perlakuanku itu matanya terbuka lalu bibirnya tersenyum, sambil mencubitku gemas dia memelukku erat.

"Kamu nakal ya, kamu bikin mbak keluar bukan pake kontolmu gede itu tapi malah pake bibirmu yg memble itu.." cibirnya seraya mencubit gemas pipiku.

"Tapi rasanya sama enak kan mbak" sahutku sambil meremas lembut dadanya.
Dia mencubit pipiku lagi lalu berkata, "Ternyata kamu pinter juga ya, hayoo ketauan kamu sering begituan ama cewek yaa.." selidiknya sambil memasang muka masam.

"Aah nggak kok mbak, aku cuma sering nonton film BF, jadi aku tau gimana cara muasin cewek" balasku menangkis tudingannya.
"Udah nggak apa2 kok, mbak malah senang kamu udah pinter, kan mbak nggak perlu ngajarin kamu lagi kan, naah sekarang mbak mau ngerasain kontolmu itu sayang.." sahutnya sambil tangannya meremas kontolku yg masih tegang dengan gemas.

Mendengar ucapannya itu aku langsung mencium dadanya, kuciumi kedua payudaranya dengan lembut tapi puting susunya sengaja aku tidak lumat, hanya aku sentuh dan gesek dengan bibirku sambil sesekali kugesekkan ujung hidungku pada puting susunya yg mulai mengeras. Dia hanya merintih geli saat kulakukan itu, lalu dengan gerakan cepat dan tiba2 aku menerkam puting susunya yg sebelah kiri dengan bibirku. Kugigit lembut putingnya dengan bibirku lalu kubuat gerakan memelintir puting susunya, tubuhnya tersentak sedikit saat kulakukan itu. Tangannya meremas rambutku lembut, mulutnya menggumamkan kata2 tidak jelas pertanda birahinya mulai beranjak naik lagi. Tanganku bergerak meremas dadanya yg sebelah kanan, lalu kupelintir puting susunya dengan dua jariku, perlahan kurasakan kedua puting susunya makin mengeras. Tangannya makin kuat meremas kontolku dan kurasakan sedikit sakit saat jarinya meremas kontolku dengan agak kuat, kugeser pantatku sedikit agar remasannya pada kontolku bisa sedikit berkurang.

Puas bermain di dadanya, kugeser tanganku perlahan menuruni tubuhnya, kuraba perutnya yg masih rata tanpa lemak walau sudah pernah melahirkan lalu semakin turun ke bawah ke arah vaginanya. Kakinya semakin dilebarkan saat jemariku sampai di daerah paling sensitif di tubuhnya. Jari telunjukku kuletakkan tepat di atas klitorisnya dan jari tengahku menyentuh permukaan bibir vaginanya yg telah mulai membasah lagi. Kugerakkan kedua jariku berirama dan kuhisap kuat2 puting susunya, perlakuanku itu membuatnya makin tidak mampu menahan diri. Tiba2 dia mendorong tubuhku lalu dengan cepat dia menaiki tubuhku.
"Kamu nakal..awas ya sekarang giliran kamu kubikin lemes.." ucapnya sambil memegang kontolku lalu diarahkannya ke arah vaginanya yg telah merekah basah. Setelah dirasa pas lalu dia menekan pinggulnya perlahan, erangan nikmat keluar dari mulut kami bersamaan saat kulit kelamin kami mulai bersentuhan, nikmat sekali. Karena vaginanya telah sangat basah maka dengan mudah seluruh kontolku dapat masuk ke dalam vaginanya, lalu pinggulnya mulai bergerak naik turun dengan cepat. Kuimbangi gerakan naik turunnya dengan arah berlawanan, jadi penetrasi yg terjadi semakin dalam dirasakannya. Kontolku terasa dijepit oleh vaginanya, aku tidak menyangka walaupun dia pernah melahirkan sampai 2 kali ternyata vaginanya masih sangat nikmat, mampu menjepit dan memberikan gesekan nikmat pada kontolku.

Suara berkecipak akibat kelamin kami yg beradu ditambah suara rintihan dan erangan nikmat dari mulut kami membuat suasana kamar menjadi semakin erotis. Kuremas kedua payudaranya yg bergelantungan di atas tubuhku, kupilin puting susunya kadang kutarik lembut hingga membuatnya makin tak mampu menahan diri. Beberapa menit kami melakukan ini, aku berusaha bertahan untuk tidak keluar terlebih dulu, karena aku ingin memberinya kepuasan ganda hari itu. Akhirnya puncak kenikmatan itu mulai dirasakannya, rintihan nikmatnya makin kuat terdengar.

"Uugh sayang, aku mau keluar lagi..eempf.." rintihnya, tangannya kuat mencengkeram dadaku dan kurasakan kukunya mencakar kulit dadaku. Dibarengi teriakan nikmatnya lalu tubuhnya menegang kaku sesaat, kedua matanya rapat terpejam dan mulutnya terbuka menggumamkan jerit kenikmatan. Mendengar rintihan nikmatnya membuatku tak mampu lagi menahan diri, aku juga mulai merasakan adanya aliran yg semakin kuat membuncah di kontolku seakan ingin meledak.

"Aah mbak..Santii..aku juga..aahh.." ucapku tersendat saat air maniku tak mampu lagi kubendung menyemprot kuat di dalam vaginanya. Mendapat semprotan air maniku yg kuat di dalam vaginanya membuat dirinya orgasme untuk ketigakalinya. Saat orgasmenya yg ketiga dia melumat bibirku dengan buas, teriakan nikmatnya tertahan di dalam mulutku bercampur dengan erangan nikmatku. Kami saling berpelukan erat menikmati sisa orgasme yg kami rasakan, kontolku masih tertancap kuat di dalam vaginanya. Bibirku dan bibirnya saling melumat, dengan mata terpejam kami menikmati sensasi nikmat ini.

Setelah rasa nikmat itu mulai mereda, tubuhnya bergulir lunglai ke sisiku. Kami memandangi langit2

Ternyata enak juga

By Nindi Chintiya | At 12.49 | Label : , | 0 Comments
Cerita ini berawal dari keinginanku untuk buktiin ke suamiku kalo aku tuh bisa bawa mobil sendiri tanpa harus di antar sopir, so aku pergi ke salah satu nasabahku, dengan mengendarai mobil sendiri
Mendung tebal angin dingin mulai menghembus, aku terus melaju mobil ku melintasi jalan raya yang agak sepi, aku baru saja mengunjungi salah satu nasabahku yang tempatnya agak jauh dari kota, aku harus melewati jalan raya yang sepi dan jauh dari perumahan penduduk.

Tiba tiba saja aku merasakan ban mobilku kempes, lalu aku menoba berhenti dan memeriksanya, ternyata ban belakang sebelah kiri kempes.”ah g papa pasti aku masih bisa menaikinya sampai di kota” pikirku.

Dan ketika aku membuka pintu mobilku, aku tak bisa membuka nya.Astaga aku menutup pintu mobilku dan kunci mobil masih mengantung di dalam, haaa…dasar sial. aku mencoba mencari Hpku, Oh no..! Hp dan tas ku juga di dalam mobil.

Hujan mulai turun aku bsah kuyup kehujanan, mana sudah menjelang malam, tempat sunyi kek begini weeeeeeh….merinding rasanya.Setelah 20 menit berlalu aku melihat lampu mobil, aku melambai lambaikan tanganku.

Mobil itu berhenti dan ternyata pengendaranya adalah anak anak muda, sepertinya pelajar SMU.
“eehhhmmm….boleh minta tolong g dik, pinjem Hp nya buat telpon ke rumah, bentar aja,kunci mobil aku kekunci didalam mobil,dan tas aku di dalam juga” kataku sambil gemetaran menahan dingin.
“waduh mbak..eh tante masuk mobil aja dulu, biar g kedinginan” jawab salah seorang darimereka.Aku masuk kemobil, karena memang kedinginan.

“aduh sorry ya mobil nya jadi basah” kataku. ternyata dimobil itu ada tiga orang remaja yang masih berseragam SMU, bau mobil terasa banget bau rokok, dan seperti nya mereka abis minum minum.
” ah g apa apa tante, ini HP nya ,telpon aja dulu” kata pemuda itu sambil menyerahkan HP.
Berkali kali aku coba menghubungi G ada yang menjawab,tidak biasanya di rumah sepi jam segini, gerutuku.
“G ada yang angkat ya tante?” tanya pemuda yg di sebelahku.
“iya, g tau kemana mereka” kataku mulai gelisah.
” kalo begitu kita anter aja deh tante, rumah nya dimana”jawab pemuda yang di depan.
“wah agak jauh dek, di jln kartini” jawabku
” gpp tante paling juga 30 menit kan dari sini” jawabnya lagi
“iya deh makasih kalo g keberatan nanti aku ganti uang bensin nya ya” kataku lagi
Mobil melaju,agak perlahan karena hujan lebat sekali, aku semakin kedinginan karena baju yang aku kenakan basah sekali.Aku mencoba menggosok gosokkan telapak tanganku, untuk mengurangi ras dingin.
“Riki lepas donk jaket lo, kasih ke tante biar g kedinginan, lo mah dah liat gitu di diemin aja” kata pemuda yang menyetir mobil. kemudian pemuda yang duduk di kursi depan melepas jaket nya dan memberikan nya padaku.
“kenalin tante yang di sebelah tante tuh namanya Dendi, nah ini Riki, and gw Angga ” kata si angga mengenalkan diri.
“tante masih dingin ya, mau gw peluk tante biar agak hangatan dikit” tanya si Dendi tiba tiba. aku tak menjawab karena tubuhku bener bener gemetar kedinginan, aku biarkan saja si Dendi memelukku.aku mulai merasakan hangat di tubuhku. aku memejamkan mataku.

Tiba tiba aku merasakan sesuatu merayap ke buah dadaku, aku membiarkan nya,aku pura pura tak merasakan apa apa,aku merasakan nafas Dendi mulai takteratur.perlahan perlakuan Dendi membangkitkan gairahku, aku geserkan tubuhku sedikit agar Dendi bisa leluasa bermain main di payudaraku.
Dendi menngecup kupingku, yang seketika itu mengalirkan getar birahi, yang secepatkilat menjalar keseluruh tubuhku.
“oh..ssshhhh…..aaahhh” desahku,
“tante…aahhh …kamu cantik sekali” desah Dendi, sambil perlahan mulai meraih bibirku, kami berciuman, lidah Dendi bermain main di ronngga mulutku, tanganku mulai aktif, menjamah dan mengelus apapun yang bisa aku elus dari tubuh Dendi.Aku benar benar lupa kalo di mobil itu ada oarang lain.
dan tanpa aku sadari aku merasakan elusan elusan lain di pahaku, sementara tangan Dendi masih memainkan payudaraku, dan bibirnya masih terus melumat bibirku.
“ahk…aahhh…aaaaahhh….”aku terpekik mana kala elusan elusan itu menyentuh sesuatu yang paling sensitif itu. rupa nya Riki tanpa kusadari telah berpindah tempat, Riki terus mengelus dan mulai melepas celana dalamku, aku benar benar di derai perasaan nikmat yang teramat sangat.
“ooohhhh….terusin…oh yah…aaahhh” desahku mana kala Riki mengelus elus Vaginaku dan sesekali menyentuh clitku dengan jempolnya.
Dendi meucuti pakaianku, melepas braku, aku benar benar tak kuasa menolak kenikmatan itu. Dendi melumat , menghisap dan mengulum puting payudaraku bergantian. dan Riki mulai menjilati bibir kemaluanku. sunnguh kenikmatan yang luar biasa menyerang aku dari bwah dan atas.
“tante…nikmat sekali payudara tante ” kata Dendi.
“isep Den..terusin Den…aaah” ceracauku.
“oooohhh….Ki aahhh…masukin jari nya ki…terus ki…Buka ki masukin lidah kamu Ki…oooohh” aku semakin gila.Aku mengangkat angkat pantatku sambil tanganku menekan kepala Riki yang sibuk menjilati kemaluanku.
“aaaahhh…Tante memek tante enak sekali…Riki suka sekali” kata riki
“aduh kalian jahat ya…masak gw suruh nyetir mobil sambil kontol gw ngaceng kek gini” celoteh Angga.
” Den…tante buka ya” kataku sambil meraih seleting celana Dendi. Dendi pasarah saja. Gundukan yang keras di balik CD biru itu membuat aku tak tahan ingin segera menikmatinya. Dendi bangkit dan melepas celana dan CD nya. Riki mengikuti hal yg dilakukan Dendi, kemudian aku duduk diantara mereka, kedua nya melumat payudaraku bergantian, sementara aku melebarkan kakiku, sebelah kiri ke Riki dan sebelah kanan di atas paha Dendi, jelas sekali memekku yang basah itu terpampang dengan jelas nya.
sementara kedua tanganku sibuk memainkan titit Dendi dan Riki.
tangan Dendi merambat turun dan menyentuh vaginaku, aku mengeliat ketika jari riki mulai menusuk lubang vaginaku. kemudian aku merubah posisiku, dengan membelakangi Riki dan mengoral titit Dendi. tapi kemudian riki menarik pantatku dan mengangkat nya, sehingga posisiku setengah menungging.
” aaahh…tante…isep tante…oooohhh nikmat sekali” ceracau dendi
“isep kontol gw tante….oooohhhh …terusin tante ….isep…”dendi mengeliat tak karuan ketika buah jakar itu aku isep dan aku coba masukkan semua kemulutku.
aku terus mempermainkan kontol Dendi, menusuk nusukkan ujung lidah ku ke lubang yang kecil itu.
sementara itu, Riki memberiku sensasi yang luar biasa, ketika lidah dendi menyapu anusku,memainkan lidah nya di anusku. tiba tiba aja Angga mengejutkan kita semua.
“Dah sampe neh…giliran gw kalian mundur semua ” kata Angga sambil membuka pintu mobil, yang tanpa aku sadari ternyata kita sudah di dalam ganransi mobil Angga. kemudian Dendi turun yang diikuti oleh Riki, mereka berdua tergopoh gopoh memakai kembali celana mereka.
angga menarik jaket yang hendak ku kenakan kembali, dan menarik tanganku keluar dari mobil, dalam keadaan baju yang terbuka dan bra yang terlepas, Rok yang berantakan, Angga menariku masuk kerumah nya, aku mengikuti saja.
“gantian, lo harus muasin gw, dari tadi gw dah ngaceng negliat tingkah kalian” kata si Angga yang sambil mendorongku jatuh ke sofa, kemudian dengan kasar dia membuka celananya sendiri dan menyodorkan kontol nya yang sudah mengeras ke mulutku.
“ayo isep bich…hah…ayo!” Dengan kasar Angga menyumpal mulutku dengan kontolnya.
Aku mengisap, kontol angga memainkan dengan lidahku,sesekali aku kocok dengan tanganku. lidahku berputar putar di seputar buah pelirnya.
“oooh yah…terus sayang…isep…lo emang lihai…aahhh…aaahhh”
‘ Kontol kamu enak banget Ngga…aku suka banget” aku mengumam menikmati kontol Angga.
“ngga …boleh ya aku isep kontol lo ampe keluar? ” godaku
” Iya sayang….aahhh….isep sayang…oooohhh….yah begitu…begitu sayang terus…terusin..” angga meracau menikmati seponganku.
Aku merasakan kedutan di batang Angga, yang aku tau dia sebentar lagi bakal menyemburkan pejuhnya, aku sengaja mempermainkan Angga, dengan menghentikan aktifitasku, aku melepas kontol itu dari mulutku.
” sayang kenapa berhenti…ayo donk isep lagi…dah mau keluar neh…ayo donk” rayu Angga sambil menyodorkan kontol nya ke mulutku. aku tersenyum sambil berdiri.
” he he he …nanti donk Ngga…aku haus nih…boleh minta minum ya?” godaku.
“g boleh ayo …isepin dulu ampe keluar please donk sayang…ayo..” kata Angga sambil mengelus elus pantatku.
” kalo lo bisa buktiin ke aku kalo lo bisa muasin aku….aku mau isep punya kamu ampe keluar” tantangku
” dasar perempuan….sini gw puasin lo minta yang gimana hah?” angga geram mendengar tantanganku. kemudian dengan kasar dia membopong tubuhku ke meja makan. Angga menciumiku dengan kasar, yang dimana buat aku semakin membakar gairahku, ciuman angga semakin ganas, dari telingaku kemudian leherku menjadi sasarannya, dengan kasar Angga melucuti pakaianku sehingga aku berbugil ria.
dalam sepintas pandang aku melihat Riki dan Dendi yang ternyata dari tadi melihatku sambil beronani. ciuman Angga turun ke payudaraku, memilin milin putingku dengan liah nya, semnetara tangan Angga menyusuri pahaku, mengelus dan mulai meraba raba vaginaku yang sudah basah. aku merenggangkan kakiku agar Angga bisa leluasa memainkan vaginaku yang becek.
Angga memasukkan jari nya ke memeku mencoba mencari G spot dan mengocok nya dengan gerakan yang cepat.
” oh ya…yah…yaaah…terus Ngga…terus” ceracauku
“lo suka hah…enak kalo memek lo gw beginikan hah”
“iya Ngga..terusin sayang…oooohhh..nikmat nya nggak…terus Ngga”
” ayo bilang lo mo gw apain…mo gw isepin …mo gw entot memek lo ini hah”kata Angga sambil mengocok memekku dengan jarinya. kemudian angga mengangkat tubuhku agar aku duduk di meja makan, kemudian Angga mulai menggisap memekku dengan lidah nya.
” ayo bilang bich..enak g gw giniin…hah…memek lo udah basah..memek lo udah gatal kan?”
” iya Ngga…memek aku udah g sabar minta lo entot..ayo Ngga masukin Ngga…aku mohon”
aku merintih memohon pada Angga agar segera mengentotku.
“hhmmm…memek lo nikmat …ooohhh…aku suka sekali” ceracau Angga
‘ nggak…ooohhh….aaaahhh….gigit nggak itil aku ngga…iyah begitu…ooohhh”
” lo suka dikasarin yah…heh….gw akan entot lo…ampe lo puas”
“Ngga …ayo ngga masukin Ngga…aku udah g tahan” rintihku, sambil terus meremas remas rambut angga, angga seakan akan sengaja mempermainkan gairahku, dia terus mengisap memeku dan jarinya menusuk nusuk memekku.
Riki dan Dendi mendekati aku dan Angga, yang kemudaian dendi segera meraih payudaraku, sementara Riki melumat bibirku, sungguh pengalam luar biasa yang belum pernah aku rasakan, di serbu dari segala arah membuat aku semkain tak bisa menahan dasyat nya kenikmatan itu.
” aaahhhkkk….ooohhh….aku…ak…aku ke..keluar Nggaaaaaa….aaah…aaahhh” aku menjerit sambil tanganku menekan kepala Angga, aku mengalami orgasme yang teramat hebat.
Angga berdiri dan menarik tanganku, aku mengikutinya, disusul dendi dan riki, Angga membawaku ke ruang tamu, kemudian angga mulai mencumbuku kembali, kali ini Angga menyuruhku duduk di sofa, dan dengan nafsu yang meletup letup Angga menciumi bibirku.
kemudian angga memutar tubuhku, kakiku disandaran sofa sementara kepalaku menggelantuh kelantai, kemudian dendi menarik kakuku agar lebih naik.
kemudain angga mengangkangi kepalaku dan mulai menyodok nyodokkan kontol nya ke mulutku, sementara itu Riki dan Dendi secara bergantian menghisap isap memekku,
“ooohh….yah baby suck it …suck…terus tante…oooohhh” Angga menikmati permainan permanian lidahku, aku sendiri merasakan kenikmatan yangluar biasa mana kala aku merasakan jari jari dendi dan riki memainkan clitku.
lima menit kemudian angga menarik tubuhku dan memintaku terlentang di sofa, dan mulai lah angga memasukkan kontol nya.
“aaahhh….Angga…enak Ngga…enak sayang…entot aku Ngga” celotehku
“tante memek tante enak….sempit sekali tante…rasanya kontol Angga kek di sedot sedot”
“entot aku ngga…terus ngga sodok yang dalem ngga”
“tante…gw mo keluar tante…gw udah g tahan….aaahh…aaahhh…enak tante”
“Jangan Ngga…tante masih suka kontol kamu ngga…aaahhh…jangan keluarin dulu Ngga” pintaku, tapi angga keburu menyemprotkan pejuh nya.
“aaaaahhhhhhhh………aaaaaahhhh……..aaah…aahh…” erang Angga
“crooot….crroooottttt….crooooottttttt….”
“sorry tante…angga g kuat nahan tante…udah dari tadi sih tante”jawab Angga
aku kecewa rasanya karena memekku masih ingin merasakan sodokan sodokan kontol angga yang besar dan panjang itu.
” Dendi ayo donk sayang…fuck me…memek tante masih pengen kontol lagi ayo…” pintaku ke Dendi yang dari tadi coli sendiri. kemudian Dendi mendekatiku dan mulai memasukkan penis nya yang tak seberapa besar ukuranya. sementara Riki memintaku mengoralnya.
“oh ya…ooohhh….yah…yah…entot tante Den…yaah…terus Den” ocehku
“tante goyang tante…yah begitu tante …oooohhhh…nikmat tante..enak”
“Ki…kontol lo enak banget….tante suka sekali”
kemudian aku melepas isepanku di kontol Riki ..dan meminta Dendi berhenti, aku berganti posisi, aku meminta Riki duduk di sofa yang kemudian aku naik dan menggoyang nya dari atas, semnetara itu aku meminta Dendi untuk memasukkan kontol nya ke anusku.
“aahkk…pelan pelan Den…tante belom pernah soal nya” pintaku ketika Dendi main sodok aja ke anusku. setelah berulangkali gagal menembus anusku ahirnya masuk juga.
“aaahhh…oooohhh..tante peret sekali…lebih sempit” kata Dendi.
“ooohhh….tante memek tante enak sekali”
“ayo sayang…nikmati tubuh tante ini…ayo…aahhh…nikmatin sampai kalian puas” racauku
“ooohhh tante Dendi mo keluar…barengan yah tante”
“tahan dulu Den…biar barengan ma Riki” pintaku
tiga menit kemudian Riki memintaku menggoyang nya lebih cepat
“ayo tante goyang…iya …begitu…terus tante…terus”
“crooot….croot….crooooootttttt……..”
“aaaahhhhhh…….ahhk…aaahkk…aaaahhhh” kami bertiga keluar bersamaan, kakiku gemetar menahan kenikmatan itu, sementara Dendi mencabut penis nya dan terkulai di sofa, semnetara aku memeluk erat Riki.
Kami melakukan nya kembali, mereka mengentotku bergantian, payudaraku lengket lengket karena pejuh mereka, sekujurtubuhku terasa bagaikan kena lem lengket dimana mana, tak terasa waktu menunjukan pukul 11 malam, lalu aku bergegas mandi dan meminta angga untuk mengantarku pulang. dalam perjalanan pulang, aku merasakan kepuasan yang tak terhingga, ternyata enak juga ML dengan anak anak muda. mereka lebih rakus lebih dasyat.
the end

Rabu, 03 April 2013

Ngentot Pantat Sang Pelacur Kawakan

By Nindi Chintiya | At 10.24 | Label : , | 0 Comments
Mungkin memek si pelacur ini usah melebar sehingga sudah tidak terasa lagi untuk di masukin kontol sehingga ngentotnya dari pantat..

Ini dia photo nya..











Sabtu, 23 Februari 2013

Pengalaman SEX PERTAMAKU Dengan Teman sepermainan

By Nindi Chintiya | At 09.58 | Label : | 0 Comments
Halo" nama ge Lex. Dulu gw tinggal di JKT, tapi sekarang pindah ke Bali. Ini pengalaman petama gw kenal ama yg namanya ML. Waktu itu gw masi umur 15 - 16an. Gw punya temen yg gw kenal dari kecil, cewe, namanya Claudya. Umur dia juga sama ama gw. Anaknya tomboy banget. Temennya banyakan cowo, tp gw bukan temen biasa, gw sahabatnya dari kecil. Dia ama keluarganya deket ama keluarga gw, soalnnya emang bokap nyokap kita juga uda temenan lama. Kakak " kakak kita juga uda temenan lama.

Keluarga dia ama keluarga gw sering jalan2 bareng ke Puncak. Soalnnya keluarga Claudya punya villa di Puncak. Waktu itu, gw inget banget, hari minggu, semuanya lagi pergi, tinggal gw ama dia aja maen di komplek villa ampe sore. Pas uda agak sore, kita sama " sama takut masuk villa, soalnnya lampu villa belom ada yang dinyalain, sering kedengeran suara tokek. Kita sendiri uda nanya " nanya, kmana bokap " nyokap kita. Akhirnnya sekitar jam 5 an, dia punya ide gila, katanya: "Mandi bareng yuk!". Kita waktu itu masi agak polos " polos lugu. Gw kaget: "Hah, gila luh!!! Kita kan beda jenis". "Trus knapa" Bokap nyokap gw aja kalo mandi barengan." Dia motong omongan gw. Trus gw uda ga bisa ngomong apa " apa lg, akhirnya yah gw iyahin aja. Trus kita masuk villa en ambil handuk masing " masing di jemuran. Tapi handuk gw agak basah soalnnya pas siangnya gw pake buat ngeringin badan gw abis berenang. Trus dia bilang pake anduknya barengan aja.

Terus kita kunci villa, dan masuk ke kamar mandi utama. Di dalem, awalnya kita sama " sama ga mau buka baju, nyurur masing - masing buka baju duluan, masi malu " malu. Trus gw ngasi ide, "Gini aja deh, kita sama " sama balik badan, trus buka baju, bajunya dilempar ke luar kamar mandi supaya kita ga ada yang bo"ong." Eh" ga taunya dia setuju. Kita balik badan dan ngerjain ide gw. Setelah kita sama " sama telanjang, kita balik badan lagi dan saling nutupin bagian " bagian "sensitif" kita. Trus muka kita sama " sama agak merah. Baru trus gw buka tangan gw, ngeraih tangan dia di dadanya, gw bilang: "yuk mandi". Gw sendiri sebenrnya agak kaget ngeliat dada dia uda mulai tumbuh, soalnnya ga pernah nyangka, di balik tomboynya dia, ternyata badannya cakep juga.

Awalnya kita Cuma sabunan biasa sendiri " sendiri, sampe bagian punggung baru gw minta dia gosokin, soalnnya kan gw ga sampe. Dia mau, dia gosokin dari baru ampe pinggang gw. Waktu itu gw pikir uda selesai, makanya gw balik badan. Ternyata tangannya yang masi nempel di badan gw terpeleset megang kemaluan gw. Gw reflek, badan gw gemeter bentar, trus batang gw agak mengeras. Dia dengan polosnya bilang: "Sorry, ga sengaja, tapi kenapa ama punya lu" Kok tiba2 gerak?" Rupanya dia ga belom tau, kalo cowo kena rangsang, batangnya bakal gemeter, trus agak mengeras. Gw bales dengan agak nakal: "Ga sengaja apa emang mau nyobain megang?" Dia jadi malu trus baik badan sambil nyuruh gentian gosokin punggungnya.

Libido gw saat itu uda mulai naik, apalagi saat gw ngelus punggungnya dia, mulai bahu, punggung ampe ke pinggang, gw ngerasain kiuilit dia aluuusss" banget. Waktu itu gw ga sadar, tangan gw uda sampe di pantatnya dia (tapi bukan di lobangnya). Dan itu ngebangkitin nafsunya dia, walau gw ga sadarin betul. Tiba " tiba dia balik badan, trus ngedekep di badan gw, ampe gw sendiri ngerasa payudaranya kejepit antara dada dia ama dada gw" oh" my" Trus dia ngomong pelan" "Tangan kamu juga nakal yah?" Trus gw yang uda ga tau mau ngapain lagi langsung aja nyium bibir dia. Dia pun ngebales ciuman gw, dan tangan gw mulai tamasya dari pinggang dia naik ke punggung, ke bawak ketek dia, trus ke dadanya" Dia pun mulai ngegerayangin badan gw, mulai dari punggung gw trus turun ke pantat gw. Rupanya dia lebih dulu pernah nonton film BF ketimbang gw. Jadi dia uda lebih ngerti yang namanya nyedot batang, ngocok batang dsb.

Sedikit demi sedikit gw ngerasa batang gw mulai tegak, sampe akhirnya ga tau mentok sesuatu, tapi ga keras. Ternyata mentoknya ke bibir Ms V punya dia. Dia langsing geli dikit gitu. Trus tangan kanan gw buka air pancuran, biar sabun di badan kita turun semua. Tapi batang gw belom pol, jadi masi bisa manjang lagi. Waktu gw maenin payudaranya, dia ngelepasin mulutnya dari bibir gw dan dia ngerang dikit, gw awalnya ga tau knapa, tapi gw sadar, tiap gw maenin, gw cubit dikit, ato batang gw ngegesek Ms V-nya, dia ngerang dikit ato ngerasa geli " geli gimana gitu. Ga lama trus dia nyium gw lagi. Batang gw makin jadi waktu dia ngeluarin lidahnya di mulut gw, sampe kepala batang gw akhirnya masuk ke Ms V-nya. Dia ngerang lagi, tapi kali ini aga kerasan, trus dia bilang kalo itu sakit. Waktu itu, kita uda mulai dingin, soalnnya kita uda basah " basahan sekitar 1 jam, jadi kita udahan trus handukan. Kali ini uda ga malu " malu lagi, gw ngelap badan dia ampe ke Ms. V-nya. waktu itu, belom banyak bulunya, masih dikit banget, hampir ga ada. Waktu gw ngelap, gw jongkok, jadi muka gw pas didepan Ms V-nya. dan dia sengaja, dia tiba " tiba majuin pinggulnya sampe Ms V-nya mendarat di mulut gw, tapi akhirnya dia sendiri yang kegelian. He"he"he"

Abis mandi kita lari ke kamar gw, soalnnya ga ada yang bawa baju, di kamar kita maen sambil telanjang, gw disuru duduk diatas pinggang dia. Ternyata dia uda ga sabar pengen dimasukin. Bener aje" dia nyuruh masukin batang gwke dalemnya, tapi gw ga ngedengerin malah gw maenin dulu, soalnnya gw belom pernah ngeliat sedeket ini sebelomnya, warnanya masih merah muda. "Dy" kok kamu punya wangi yah?" aku bilang sambil memperhatikan punya dia. Trus dia bilang rasanya manis, makanya gw disuru coba jilat. Trus gw coba jilat, dan dia ngerang, seolah keenakan, tapi rasanya asin. Rupanya cairannya uda keluar dikit. Trus gw maenin pake lidah gw sampe dia ngeremes bantal " bantal di kepala dia, rupanya uda ga tahan. Sambil ngegereng, dia juga mendesis, persis kaya yang di film BF.

Trus, dia bangun, dia bilang mau gantian. Kali ini gw yang terlentang, dan dia yang masukin batang gw ke mulutnya. Gw cuma bisa ngomong: anjing gila" oh" sssttt" aaahhh" Clau?" Rupanya suara gw bikin dia tambah On" dia makin kenceng keluar masukin batang gw ke mulutnya" kali ini gw yang inisiatif megang kepalanya dia dan gw tahan, sampe batang gw gw rasa mentok di tenggorokan dia.

Setelah sekitar 5 menitan dia maen ama batang gw, dia bilang: "gw ud ga tahan" coba gituan deh yuk?" Kita berdua tau, masing " masing dari kita belom pernah negelakuin ini sebelonnya. Dia masi perawan, dan gw masi perjaka tulen.

Gw pegang barang gw yang uda kenceng banget, trus gw duduk bentar di pojok luar tempat tidur buat ngambil nafas sesaat, tapi dia dari depan langsung duduk di pangkuan gw dengan posisi ngebuka kakinya dan badannya ngadep ke badan gw. Gw langsung lahap dadanya dia dan dia makin jadi, kepala gw di bekep di dadanya, ampe gw sendiri ada susa nafas. Gw beruntung, dia itu tipe cewe tomboy tapi sering disuru minum jamu ama nyokapnnya, soalnnya nyokapnnya itu apoteker, katanya buat ngejaga kulit. Jadi dadanya itu lembut banget, wangi lagi"

Trus dia mengang batang gw dan diarahin ke lobangnya dia, gw Cuma ngeliatin aja dari atas. Bless" masuk dikit batang gw ke lobangnya" dan dia langsung nindi badan gw, dia bilang: "aauuh" sakit ternyata?" mungkin karena ini yang pertama kali. Tapi ngedenger suara dia, gw makin ngegenjot dikit, gw ngangkat pinggang gw, jadinya batang gw makin masuk, kira " kira masuk setengah. Trus dia makin merintih, ga tau sakit apa enak. Abis keangkat gw puter badang, jadinnya sekarang dia yang di bawah dan gw yang diatas. Dengan posisi itu, gw mulai masukin pelan " pelan, dan dia makin merintih: "aahh" sssttt" Lex" sssttt" uda" oohhh?" Gw takut dia triak, gw bilang bentar lagi" trus gw cium dia supaya dia diem"

Akhirnya setelah sekitar setengah jam, jw sodok terakhir dan masuk semuanya" dia kali ini ga minta uda, malah keasikan, sambil mengerang, dia mulai senyum, trus dia lanjutin ngerang lagi" sesekali gw liat batang gw, kalo " kalo masuknya salah, tapi ternyata bener dan gw liat ada darah di antara batang gw ama Mr V-nya dia. Dia bilang ga apa, itu darah perawannya" trus gw mulai maen, gw keluar masukin batang gw, dan dia pun mengerang keenakan sambil sekali " sekali mendesis. Setelah setengah jam-an, gw ngerasa ujung batang gw berdenyut di dalem lobangnya dia, dan mulut lobangnya dia juga bergetar dan makin ngejepit batang gw, gw bilang "Klimaks" Dy" Mau kuar?".
Dia bilang lagi: "Cabut Lex", gw juga mau klimaks" tapi karena badan uda aga lemes, akhirnya kita klimas barengan dan" crot"crot"crot" ternyata muncrat di dalem"

Claudya sempet kaget juga, gw numpahinnya di dalem, apalagi dia nyadar kalo waktu itu dia belom dapet, soalnnya masih awal bulan, sedangkan dia biasanya dapet katanya di minggu " minggu ke tiga. Tapi mau gimana lagi" uda ga ketahan. Trus gw ciuman lagi ama dia, dia bilang: "kenapa ga ditarik keluar" gw belom dapet, tar kalo ampe knapa " knapa gimana?" Gw sendiri ga tau, yah uda kejadian" trus kita ngelakuin hal gila lagi" dengan batang masih nancep dilobang, kita coba turun pelan " pelan dari tempat tidur, trus jalan ke kamar mandi, kita berencana mandi lagi soalnnya badan kita uda keringetan. Trus kita mandi dengan keadaan masi 1 badan. Seru deh" sambil lucu2an.

Abis mandi baru kita ngelepasin masing " masing punya, trus pake baju dan nontot Tv sambil rangkulan. Ga lama abis itu, bokap " nyokap kita pulang, tapi kita uda ketiduran disofa, untungnya rangkulan kita uda lepas.

Pulang dari puncak, kita sering banget telpon " telponan, gw maen ke rumah dia, tapi ga pernah sampe ML lagi, paling cium " ciuman, saling jamah. Soalnnya kita masi nunggu waktu dia mens. Kita berdua ada sedikit ketakutan kalo dia ampe pregnant. Untungnya pas akhir minggu ke-3, dia dapet. Waktu itu dia lagi mandi, orang rumahnya ga ada semua, dan gw lagi di rumahnya. Tiba " tiba dia teriak manggil " manggil gw, dan dia keluar kamar mandi sambil telanjang melok gw. Katanya dia uda dapet. Trus kita ciuman dan besok " besoknya setelah dia selesai mens-nya kita jadi sering sering gituan. Kalo ga di rumah dia, di rumah gw ato di tempat rahasia kita. Sekarang sayangnya dia uda pindah ke Amerika. Terakhir ketemu pas kakanya ada yang merried, dia makin cakep, body-nya makin ajubilai ditutup dengan gaun. Sebelom dia berangkat balik ke Amerika, kita gituan lagi dan lupa pake kondom lagi. Tapi diapun bersih kok. Soalnnya biasanya dia pake kondom, buat gw katanya ada pengecualian.

Claudya adalah orang pertama yang ngerasain punya gw dan ngenalin gw ama Sex.

That's all about my first experience."
__________________
• TAMAT •

Sma Porno

By Nindi Chintiya | At 09.48 | Label : , | 1 Comments
Vivi tidak bisa menerima sikap dan tindakan Ardi akhir-akhir ini yang ia lihat sudah melupakan dan membiarkan keluarganya. Tindakan ini dilihat Vivi saat Ardi akan pergi ke luar kota untuk meninjau perusahaannya di kota lain. 

Vivi menduga pasti Ardi telah melakukan suatu perselingkuhan dan menyeleweng dikarenakan Ardi tidak lagi memberikan nafkah batin untuk Vivi, sedangkan Ardi selalu pergi ke luar kota setiap minggu dengan begitu hubungan seks-nya dengan istrinya pasti tersalur, sedang saat ini Ardi telah lupa akan kewajibannya. Siapa wanita yang telah merebut Ardi dari tangannya, Vivi tidak mengetahui. Oleh sebab itu Vivi sering merenung dan berpikir apakah selama ini ia tidak melayani kebutuhan dan kesenangan suaminya, namun semua itu ia rasa tidak mungkin dan sepengetahuannya ia selalu melayani dan melaksanakan kesenangan dan kesukaan suaminya. Sedang kalau ia lihat bentuk tubuhnya yang mungkin telah berubah? namun ia sadari tidak mungkin juga, Vivi menyadari ia dan Ardi telah berumah tangga kurang lebih 6 tahun dan dikaruniai 2 orang anak yang paling besar berumur 5 tahun, mustahil bentuk tubuhnya akan menyebabkan Ardi berpaling.

Di depan cermin sering Vivi mengamati tubuhnya, ia pun rajin senam dan melangsingkan tubuhnya, namun apa gerangan Ardi berubah dan tidak mau menjamahnya? Secara fisik Vivi memang seorang ibu rumah tangga yang telah beranak dua, namun jika melihat tubuh dan kulitnya banyak membuat gadis yang iri karena bentuk tubuhnya amat serasi dan menggiurkan setiap lelaki yang menatapnya. Umur Vivi baru 32 tahun, di saat itu ia butuh pelampiasan birahi jika malam hari menjelang, namun sikap Ardi telah membuatnya menjadi tidak percaya diri. Atas saran teman karibnya yang juga ibu rumah tangga dan wanita karir, maka Vivi disarankan untuk meminta tolong pada seorang dukun sakti yang bisa mengembalikan suami dan membuat Ardi bertekuk lutut kembali. Ini telah lama di coba Lusi, dulunya suaminya juga menyeleweng. Namun atas bantuan dukun itu suaminya telah melupakan wanita simpanannya.

Dengan saran dan nasehat dari karibnya itu Vivi memberanikan diri untuk datang ke tempat dukun itu walaupun jaraknya agak jauh kurang lebih 2 jam perjalanan dengan mobilnya. Dengan bantuan Lusi, Vivi mengemudikan Balenonya ke tempat dukun itu. Mereka berangkat pagi harinya. Sesampai di gubuk dukun yang memang terpencil di sebuah kampung itu, Vivi memarkirkan mobilnya di samping gubuk itu. Lalu Lusi mengetuk pintu gubuk itu dan dengan adanya sahutan dari dalam mempersilakan mereka berdua masuk, di dalam telah ada dukun itu yang duduk dengan sambil menghisap rokoknya.

“Ooo… Bu Lusi? ada apa Bu? ada yang bisa saya bantu?” dukun itu berbasa basi.
“Eee… ini Mbah, teman saya ini ada masalah dengan suaminya, namun ia ingin suaminya seperti sedia kala lagi…” jawab Lusi.
Lalu Lusi memperkenalkan sang dukun yang bernama Mbah Dudu itu kepada Vivi. Sambil berjabat tangan Mbah Dudu mempersilakan kedua wanita itu untuk duduk bersila di lantai gubuknya itu. Sepintas Vivi merasa agak risih dari mulai ia memasuki gubuk itu. Ada perasaan tidak enak namun karena keinginannya mengembalikan suaminya ia tidak mengambil pusing semuanya. Tanpa ia sadari dari saat ia masuk dan bersalaman dengan Vivi mata mbah dukun itu tidak henti-hentinya memandang ke arah Vivi. Lalu ia memanggil Vivi untuk maju selangkah ke arahnya, dan Vivi diperintahkan untuk memasukkan tangannya ke dalam wajan yang berisi air kembang, lalu Mbah Dudu membakar menyan dan membaca mantranya.

Tidak berapa lama kemudian ia buka matanya dan berkata bahwa mata hati suaminya telah dipengaruhi oleh wanita simpanan Ardi dan membuat Ardi melupakan keluarganya. Atas saran mbah dukun supaya Ardi kembali maka Vivi harus memakai jimat yang akan dibuatkannya, asal Vivi mau menjalani syarat-syaratnya dan itu semua terpulang kepada Vivi. Karena besarnya keinginan agar Ardi kembali, maka Vivi menyanggupi segala syarat-syaratnya. Setelah itu sang dukun berkata bahwa besoknya Vivi akan mendapatkan jimat itu dan akan dipasangkan ke tubuh Vivi dan akan dibuatkan malam ini. Mbah Dudu adalah lelaki asal Nias yang telah lama memiliki ilmu yang amat sakti. Tidak sedikit orang yang telah dibantunya. Mbah Dudu tinggal seorang diri di gubuk itu dan tidak memiliki istri. Umurnya telah beranjak tua yaitu 70 tahun namun fisik dan sosoknya tidak menggambarkan ketuaan. Selanjutnya Vivi minta diri dan menitipkan amlop untuk memenuhi syarat-syaratnya, dan berjanji besok akan datang. Lalu Lusi minta diri kepada Mbah Dudu, lalu mereka pulang ke rumah dan besok Vivi harus mengambil jimatnya.

Besok hari yang telah ditentukan, Vivi minta Lusi membantu menemaninya ke tempat dukun itu, namun karena adanya kesibukan di kantornya maka Lusi tidak dapat menemani. Dan berangkatlah Vivi mengendarai Balenonya seorang diri ke tempat dukun itu. Lebih kurang 1,5 jam perjalanan Vivi, sampailah di gubuk itu dan memarkirkan mobilnya di samping gubuk, sedangkan hari saat itu telah mendung dan berangin sepertinya hari akan hujan. Lalu Vivi mengetuk pintu gubuk dan kemudian pintu itu dibuka Dudu dari dalam dan mempersilakan masuk. Lalu Vivi masuk ke gubuk dan duduk di lantai. Lalu Mbah Dudu meminta Vivi untuk langsung ke depan dan menerima saran dan cara-cara memakai jimat itu. Vivi diharuskan untuk berbaring dan memakai kain sarung lalu menelentangkan diri, karena jimat itu akan dipasangkan pada tubuh Vivi yang biasa di sentuh suaminya. Lalu Vivi minta ijin untuk memakai sarung yang dipinjamkan sang dukun di kamar yang telah tersedia.

Dalam kamar itu, hanya ada satu dipan kayu yang telah lama dan saat itu Vivi membuka seluruh pakaianya, sedang BH dan CD-nya tetap terpasang pada tubuhnya. Sesaat kemudian sang dukun memasuki kamar itu dan minta Vivi berbaring di dipan itu. Vivi menuruti kata dukun itu, lalu Mbah Dudu memulai melakukan aktifitasnya dengan memasangkan cairan jimat itu mula-mula ke kulit muka Vivi lalu turun ke leher jenjang dan ke dada yang masih tertutup BH. Sesampai pada dada Vivi sang dukun menyadari adanya getaran birahinya mulai datang dan lalu di sekitar dada Vivi ia oleskan cairan itu, tangan sang dukun masuk ke dalam dada yang terbungkus BH. Di dalam BH itu tangan Dudu memilin dan memilintir puting susu Vivi, dengan cara itu Vivi secara naluri seksnya terbangkit dan membiarkan tindakan sang dukun yang memang kelewatan dari tugasnya itu, Vivi hanya diam. Lalu sang dukun membuka pengait BH Vivi dan melemparkan BH itu ke sudut kaki dipan itu dan terpampanglah sepasang dada montok yang putih mulus kemerahan karena gairah yang dipancing Mbah Dudu itu.

Di sekitar dada itu sang dukun mengoleskan jimatnya berulang-ulang sampai Vivi merasa tidak kuat menahan nafsunya. Lalu sang dukun tangannya turun ke perut dan ke selangkangan Vivi. Di situ tangan sang dukun memasuki selangkangan Vivi, tindakan ini membuat Vivi protes,
“Jangan! saya mau diapakan Mbah?” tanyanya.
“Ooo… ini adalah pengobatannya, Lusi pun dulunya begini juga,” jawab mbah dukun sambil mengatur nafasnya yang terasa sesak menahan gejolak nafsu. Di lubang kemaluan Vivi, jari tangan sang dukun terus mengorek-ngorek isi kemaluan Vivi sehingga Vivi merasakan ia akan menumpahkan air surgawinya saat itu. Sambil membuka kain sarung yang melilit tubuh Vivi sang dukun lalu menurunkan CD yang menutup lubang kemaluan Vivi itu. Lalu ia letakkan CD Vivi di samping dipan yang beralaskan bludu usang itu. Sesaat kemudian Vivi telah telanjang bulat dan jari tangan sang dukun tidak henti-hentinya beraksi di sekitar daerah sensitif tubuh Vivi. Sedang jimatnya telah dioleskan pada seluruh bagian-bagian tubuh Vivi.

Lalu tibalah saat untuk memasukkan keampuhan jimatnya, maka sang dukun minta kepada Vivi untuk mau bersengggama karena jimat itu tidak akan bisa dipakai jika Vivi tidak melakukan senggama dengan dukun itu. Karena Vivi telah merasa kepalang basah dan ingin niatnya kesampaian maka ia ijinkan sang dukun melakukan persenggamaan. Lalu tangan sang dukun membuka paha Vivi yang mulus terawat itu. Lalu ia buka lubang kemaluan Vivi dengan tangannya dan memainkan klitoris Vivi dan kembali Vivi histeris ingin dituntaskan nafsu yang telah sampai di kepalanya, ditambah telah beberapa bulan tidak berhubungan sek dengan suaminya. Mbah dukun yang telah sama-sama-sama bugil dengan Vivi lalu memasukkan batang kemaluannya yang cukup besar itu dan kuat ke dalam lubang kemaluan Vivi yang telah dibasahi air kewanitaan Vivi yang tampaknya siap untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang kemaluan yang telah basah itu. Setelah dipaksakan agak keras lalu batang kemaluan yang tegak menantang masuk seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Vivi, dan Mbah Dudu melakukan gerakan maju mundur, sedang tangannya tidak henti-hentinya memilin dan menekan pinggul padat Vivi itu. Buah dada Vivi tidak luput dari jelajahan tangan sang dukun.

Lebih kurang 30 menit lubang kemaluan Vivi digenjot dengan paksa lalu sang dukun barulah sampai klimaks dengan menumpahkan air maninya ke dalam lubang kemaluan itu sebanyak-banyaknya. Sedangkan air yang keluar dari lubang kemaluan Vivi itu ia oleskan ke lidah Vivi untuk kasiat bahwa Vivi tidak bisa dilupakan suaminya. Dalam persenggamaan itu Vivi sempat orgasme 3 kali, itu pun saat ia terengah-engah di saat batang kemaluan sang dukun mengaduk-aduk isi kemaluanya tadi. Sejam kemudian barulah permainan itu selesai setelah sang dukun minta permainan dilakukan 2 kali. Setelah itu Vivi minta diri pulang dan membawa yang akan ia pakaikan di rumahnya saat mandi. Mbah dukun mengatakan ada jimat yang akan dipasang di dalam kamar Vivi namun belum siap, dan mbah dukun berjanji akan mengantarkannya ke rumah Vivi 2 hari lagi.

Tepat 2 hari kemudian sang dukun mendatangi rumah Vivi yang megah. Saat itu suami Vivi belum pulang dari luar kota dan di rumah saat itu hanya ada ia dan seorang pembantunya yang sedang menjaga anak-anaknya. Sang dukun berkata, “Bu Vivi, jimat ini akan saya pasangkan pada kamar Ibu nanti malam,” sedangkan Vivi merasa khawatir, bagaimana jika suaminya pulang. Namun karena kesaktiannya, sang dukun berkata, “Bu Vivi nggak usah khawatir, suami Ibu pulang lusa, sedang ia sekarang menurut penglihatan saya sedang di Lampung,” kata sang dukun. Lalu bagaimana ia menerangkan kepada pembantunya karena adanya kehadiran dukun tua itu? Lalu ia hanya berkata bahwa familinya dari kampung dan menumpang barang 1 hari di rumahnya. Lalu Vivi mempersilakan sang dukun untuk istirahat di sebuah kamar yang memang diperuntukkan untuk tamu. Lalu sang dukun memasuki kamar yang telah disediakan.

Malam harinya saat akan memasangkan jimat di kamar Vivi, dilakukan pada pukul 9.00 malam, sedang pembantunya telah tidur di kamar belakang, tempat kamar tidur pembantu memang jauh di belakang dan tidak mengganggu ke rumah induk tempat kamar Vivi berada. Di dalam kamar itu sang dukun melakukan ritualnya dengan membaca mantera, lalu ia membakar menyan, sedang Vivi duduk diam melihat apa yang dilakukan sang dukun dari atas tempat tidurnya. Lalu sang dukun berkata, “Sebaiknya jimat ini kita pasangkan pada saat tepat jam 12.00 malam nanti, berarti masih ada waktu 3 jam lagi, Bu Vivi…” katanya. “Sekarang sebaiknya kita ngomong-ngomong saja dulu menunggu waktu,” kata sang dukun. “Baiklah Mbah,” lalu Vivi mempersilakan sang dukun keluar kamar. Bagaimanapun ia merasa berat hati untuk membawa dukun itu ke dalam kamar pribadinya. Sang dukun berkata, “Tidak usah keluar… Bu Vivi… di sini saja.” Lalu sang dukun berdiri dari duduknya dan menuju ke arah Vivi duduk dan mbah dukun itu juga duduk di samping Vivi. Lalu tangannya menggapai tangan Vivi dan berkata, “Sebaiknya kita berdua melakukan seperti saat Ibu di gubuk saya, sebab jika tidak para jin yang membantu saya akan lari dan tidak mau menolong Ibu,” kata mbah dukun. Vivi hanya bergidik, bulu kuduknya merinding. Haruskah ia mengulangi kesalahan saat ia harus bersenggama dengan dukun itu di gubuknya? Namun karena adanya pengaruh dan keinginan Vivi maka ia biarkan sang dukun mengulangi perbuatan maksiat itu di kamarnya, saat itu Vivi memang merasa menjadi seorang wanita sempurna karena ia telah mendapatkan siraman batin dari dukun tua itu meskipun tidak ia dapatkan dari suaminya.

Lebih kurang 2 jam mereka berdua mengayuh samudera kenikmatan bersama sang dukun dan membuat Vivi orgasme berulang-ulang dan membuat lubang kemaluannya sampai lecet karena kebuasan batang kemaluan dukun yang sangat besar itu. Lalu tepat pada jam 12 malam barulah jimat itu terpasang pada bawah ranjang Vivi dan menjelang pagi mereka terus melakukan hubungan seksual dengan menggebu-gebu. Lalu Vivi tertidur dan tidak menyadari hari telah pagi dan sang dukun telah pergi, sedang Vivi merasa tubuhnya pegal-pegal dan tulangnya serasa mau lolos. Sejak saat itu memang jimat pemberian sang dukun ada perubahan pada diri suami Vivi dan ia sangat berterima kasih dan lalu ia mendatangi sang dukun. Sedang sang dukun cuma minta Vivi tidak melupakannya, dengan cara Vivi harus 2 kali dalam sebulan datang untuk memberikan jatah hubungan seks kepada sang dukun seperti Lusi juga melakukan hal yang sama. Memang setelah itu Vivi selalu rajin mendatangi sang dukun dan terkadang sang dukun yang datang ke rumah Vivi untuk minta jatah senggamanya. Memang sebagai dukun ilmu hitam, Mbah Dudu harus mensenggamai pasiennya, karena dengan demikian si pasien akan mampu disembuhkan dan ilmu sang dukun dapat dipelihara.


Istri Binal Dokter Miranti

By Nindi Chintiya | At 09.40 | Label : | 0 Comments
Dalam sebuah seminar sehari di hall Hotel Hilton International di Jakarta, tampak seorang wanita paruh baya berwajah manis sedang membacakan sebuah makalah tentang peranan wanita modern dalam kehidupan rumah tangga keluarga bekerja. Dengan tenang ia membaca makalah itu sambil sesekali membuat lelucon yang tak ayal membuat para peserta seminar itu tersenyum riuh. Permasalahan yang sedang dibahas dalam seminar itu menyangkut perihal mengatasi problem perselingkuhan para suami yang selama ini memang menjadi topik hangat baik di forum resmi ataupun tidak resmi. Beberapa peserta seminar yang terdiri dari wanita karir, ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar wanita itu tampak serius mengikuti jalannya seminar yang diwarnai oleh perdebatan antara pakar sosiologi keluarga yang sengaja diundang untuk menjadi pembicara. Hadir juga beberapa orang wartawan yang meliput jalannya seminar sambil ikut sesekali mengajukan pertanyaan ke arah peserta dan pembicara. Suasana riuh saat wanita pembicara itu bercerita tentang seorang temannya yang bersuamikan seorang pria mata keranjang doyan main perempuan. Berbagai pendapat keluar dalam perdebatan yang diarahkan oleh moderator.

Diakhir sesi pertama saat para peserta mengambil waktu istirahat selama tiga puluh menit, tampak wanita pembicara itu keluar ruangan dengan langkah cepat seperti menahan sesuatu. Ia berjalan dengan cepat menuju toilet di samping hall tempat seminar. Namun saat melewati lorong menuju tempat itu ia tak sadar menabrak seseorang, akibatnya ia langsung terhenyak.
“Oh…, maaf, saya tidak melihat anda…, maaf ya?”, seru wanita itu pada orang yang ditabraknya, namun orang itu seperti tak mengacuhkan.
“Oke…”, sahut pria muda berdasi itu lembut dan berlalu masuk ke dalam toilet pria.

Wanita itupun bergegas ke arah toilet wanita yang pintunya berdampingan dengan pintu toilet pria. Beberapa saat lamanya wanita itu di sana lalu tampak lelaki itu keluar dari toilet dan langsung menuju ke depan cermin besar dan mencuci tangannya. Kemudian wanita tadi muncul dan menuju ke tempat yang sama, keduanya sesaat saling melirik. “Hai”, tegur pria itu kini mendahului.
“Halo…, anda peserta seminar?”, tanya si wanita.
“Oh, bukan. Saya bekerja di sini, maksud saya di hotel ini”, jawab pria itu.

“Oh…, kalau begitu kebetulan, saya rasa setelah seminar ini saya akan kontak lagi dengan manajemen hotel ini untuk mengundang sejumlah pakar dari Amerika untuk seminar masalah kesehatan ibu dan anak. Ini kartu namaku”, kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya pada pria itu. Lelaki itu mengambil secarik kartu dari dompetnya dan menyerahkannya pada wanita itu.

“Dokter Miranti Pujiastuti, oh ternyata Ibu ini pakar ilmu kedokteran ibu dan anak yang terkenal itu, maaf saya baru pertama kali melihat Ibu. Sebenarnya saya banyak membaca tulisan-tulisan Ibu yang kontroversial itu, saya sangat mengagumi Ibu”, mendadak pria itu menjadi sangat hormat.
“Ah kamu, jangan terlalu berlebihan memuji aku, dan kamu…, hmm…, Edo Prasetya, wakil General Manager Hilton International Jakarta. Kamu juga hebat, manajer muda”, seru wanita itu sambil menjabat tangan pemuda bernama Edo itu kemudian.
“Kalau begitu saya akan kontak anda mengenai masalah akomodasi dan acara seminar yang akan datang, senang bertemu anda, Edo”, seru wanita itu sambil kemudian berlalu.
“Baik, Bu dokter”, jawab sahut pria itu dan membiarkan wanita paruh baya itu berlalu dari ruangan di mana mereka berbicara.

Sejenak kemudian pemuda itu masih tampak memandangi kartu nama dokter wanita itu, ia seperti sedang mengamati sesuatu yang aneh.
“Bukankah dokter itu cantik sekali?”, ia berkata dalam hati.
“Oh aku benar-benar tak tahu kalau ia dokter yang sering menjadi perhatian publik, begitu tampak cantik di mataku, meski sudah separuh baya, ia masih tampak cantik”, benaknya berbicara sendiri.
“Ah kenapa itu yang aku pikirkan?”, serunya kemudian sambil berlalu dari ruangan itu.


Sementara itu di sebuah rumah kawasan elit Menteng Jakarta pusat tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Wanita paruh baya bernama dokter Miranti itu turun dari sedan Mercy hitam dan langsung memasuki rumahnya. Wajah manis wanita paruh baya itu tampaknya menyimpan sebuah rasa kesal dalam hati. Sudah seminggu lamanya suami wanita itu belum pulang dari perjalanan bisnis keluar negeri. Sudah seminggu pula ia didera isu dari rekan sejawat suaminya tentang tingkah laku para pejabat dan pengusaha kalangan atas yang selalu memanfaatkan alasan perjalanan bisnis untuk mencari kepuasan seksual di luar rumah alias perselingkuhan.

Wanita itu menghempaskan badannya ke tempat tidur empuk dalam ruangan luas itu. Ditekannya remote TV dan melihat program berita malam yang sedang dibacakan penyiar. Namun tak berselang lama setelah itu dilihatnya di TV itu seorang lelaki botak yang tak lain adalah suaminya sedang berada dalam sebuah pertemuan resmi antar pengusaha di Singapura. Namun yang membuat hati wanita itu panas adalah saat melihat suaminya merangkul seorang delegasi dagang Singapura yang masih muda dan cantik. Sejenak ia memandang tajam ke arah televisi besar itu lalu dengan gemas ia membanting remote TV itu ke lantai setelah mematikan TV-nya.
“Ternyata apa yang digosipkan orang tentang suamiku benar terjadi, huh”, seru wanita itu dengan hati dongkol.
“Bangsaat..!”, Teriaknya kemudian sambil meraih sebuah bantal guling dan menutupi mukanya.

Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal. Ia menangis sejadi-jadinya, bayang-bayang suaminya yang berkencan dengan wanita muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Hatinya semakin panas sampai ia tak sanggup menahan air matanya yang kini menetes di pipi.

Tiga puluh menit ia menangis sejadi-jadinya, dipeluknya bantal guling itu dengan penuh rasa kesal sampai kemudian ia jatuh tertidur akibat kelelahan. Namun tak seberapa lama ia terkulai tiba-tiba ia terhenyak dan kembali menangis. Rupanya bayangan itu benar-benar merasuki pikirannya hingga dalam tidurnyapun ia masih membayangkan hal itu. Sejenak ia kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar tidur itu menuju sebuah ruangan kecil di samping kamar tidurnya, ia menyalakan lampu dan langsung menuju tumpukan obat yang memenuhi sebagian ruangan yang mirip apotik keluarga. Disambarnya tas dokter yang ada di situ lalu membuka sebuah bungkusan pil penenang yang biasa diberikannya pada pasien yang panik. Ditelannya pil itu lalu meminum segelas air.

Beberapa saat kemudian ia menjadi tenang kemudian ia menuju ke ruangan kerjanya yang tampak begitu lengkap. Di sana ia membuka beberapa buku, namun bebarapa lamanya kemudian wanita itu kembali beranjak menuju kamar tidurnya. Wajahnya kini kembali cerah, seberkas senyuman terlihat dari bibirnya yang sensual. Ia duduk di depan meja rias dengan cermin besar, hatinya terus berbicara.
“Masa sih aku harus mengalah terus, kalau bangsat itu bisa berselingkuh kenapa aku tidak”, benaknya sambil menatap dirinya sendiri di cermin itu. Satu-persatu di lepasnya kancing baju kerja yang sedari tadi belum dilepasnya itu, ia tersenyum melihat keindahan tubuhnya sendiri. Bagian atas tubuhnya yang dilapisi baju dalam putih berenda itu memang tampak sangat mempesona. Meski umurnya kini sudah mencapai empat puluh tahun, namun tubuh itu jelas akan membuat lelaki tergiur untuk menyentuhnya.

Kini ia mulai melepaskan baju dalam itu hingga bagian atas tubuhnya kini terbuka dan hanya dilapisi BH. Perlahan ia berdiri dan memutar seperti memamerkan tubuhnya yang bahenol itu. Buah dadanya yang besar dan tampak menantang itu diremasnya sendiri sambil mendongak membayangkan dirinya sedang bercinta dengan seorang lelaki. Kulitnya yang putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan.
“Kalau bangsat itu bisa mendapat wanita muda belia, kurasa tubuh dan wajahku lebih dari cukup untuk memikat lelaki muda”, gumamnya lagi.
“Akan kumulai sekarang juga, tapi..”, tiba-tiba pikirannya terhenti.
“Selama ini aku tak pernah mengenal dunia itu, siapakah yang akan kucari? hmm..”.

Tangannya meraih tas kerja di atas mejanyanya, dibongkarnya isi tas itu dan menemukan beberapa kartu nama, sejenak ia memperhatikannya.
“Dokter Felix, lelaki ini doyan nyeleweng tapi apa aku bisa meraih kepuasan darinya? Lelaki itu lebih tua dariku”, katanya dalam hati sambil menyisihkan kartu nama rekan dokternya itu.
“Basuki Hermawan, ah…, pejabat pajak yang korup, aku jijik pada orang seperti ini”, ia merobek kartu nama itu.
“Oh ya…, pemuda itu, yah…, pemuda itu, siapakah namanya, Dodi?.., oh bukan. Doni?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..”, ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya namun belum juga ia temukan.
“Bangsat! Aku lupa di mana menaruhnya”, sejenak ia berhenti mencari dan berpikir keras untuk mencoba mengingat di mana kartu nama pemuda gagah berumur dua puluh limaan itu. Ia begitu menyukai wajah pemuda yang tampak polos dan cerdas itu. Ia sudah terbayang betapa bahagianya jika pemuda itu mau diajak berselingkuh.

“Ahaa! Ketemu juga kau!”, katanya setengah berteriak saat melihat kartu nama dengan logo Hilton International. Ia beranjak berdiri dan meraih hand phone, sejenak kemudian ia sudah tampak berbicara.
“Halo, dengan Edo…, maaf Bapak Edo?”.
“Ya benar, saya Edo tapi bukan Bapak Edo, anda siapa”, terdengar suara ramah di seberang.
“Ah maaf…, Edo, saya Dokter Miranti, kamu masih ingat? Kita ketemu di Rest Room hotel Hilton International tadi siang”.
“Oooh, Bu dokter, tentu dong saya ingat. Masa sih saya lupa sama Bu dokter idola saya yang cantik”.
“Eh kamu bisa saja, Do”.
“Gimana Bu, ada yang bisa saya bantu?”, tanya Edo beberapa saat setelah itu.
“Aku ingin membicarakan tentang seminar minggu depan untuk mempersiapkan akomodasinya, untuk itu sepertinya kita perlu berbicara”.
“No problem, Bu. Kapan ibu ada waktu”.
“Lho kok jadi nanya aku, ya kapan kamu luang aja dong”.
“Nggak apa-apa Bu, untuk orang seperti ibu saya selalu siap, gimana kalau besok kita makan siang bersama”.
“Hmm…, rasanya aku besok ada operasi di rumah sakit. Gimana kalau sekarang saja, kita makan malam”.
“Wah kebetulan Bu, saya memang lagi lapar. baiklah kalau begitu, saya jemput ibu”.
“Oohh nggak usah, biar ibu saja yang jemput kamu, kamu di mana?”.
“wah jadi ngerepotin dong, tapi oke-lah. Saya tunggu saja di Resto Hilton, okay?”.
“Baik kalau begitu dalam sepuluh menit saya datang”, kata wanita itu mengakhiri percakapannya.

Lalu dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian yang dikenakannya dengan gaun terusan dengan belahan di tengah dada. Dengan gesit ia merias wajah dan tubuh yang masih tampak menawan itu hingga tak seberapa lama kemudian ia sudah tampak anggun.
“Mbok..!”, ia berteriak memanggil pembantu.
“Dalem…, Nyaah!”, sahut seorang yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
“Malam ini ibu ndak makan di rumah, nanti kalau tuan nelpon bilang saja ibu ada operasi di rumah sakit”.
“Baik, Nyah..”, sahut pembantunya mengangguk.
Sang dokter itupun berlalu meninggalkan rumahnya tanpa diantar oleh sopir.

Kini sang dokter telah tampak menyantap hidangan makan malam itu bersama pemuda tampan bernama Edo yang berumur jauh di bawahnya. Maksud wanita itu untuk mengencani Edo tidak dikatakannya langsung. Mereka mula-mula hanya membicarakan perihal kontrak kerja antara kantor sang dokter dan hotel tempat Edo bekerja. Namun hal itu tidak berlangsung lama, dua puluh menit kemudian mereka telah mengalihkan pembicaraan ke arah pribadi.

“Maaf lho, Do. Kamu sudah punya pacar?”, tanya sang dokter.
“Dulu pernah punya tapi…”, Edo tak melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kenapa, Do?”, sergah wanita itu.
“Dia kawin duluan, ah…, Emang bukan nasib saya deh, dia kawin sama seorang om-om senang yang cuma menyenangi tubuhnya. Namanya Rani..”.
“Maaf kalau ibu sampai membuat kamu ingat sama masa lalu”.
“Nggak apa-apa kok, Bu. Toh saya sudah lupa sama dia, buat apa cari pacar atau istri yang mata duitan”.
“Sukurlah kalau begitu, trus sekarang gimana perasaan kamu”.
“Maksud ibu?”.
“Perasaan kamu yang dikhianati, apa kamu masih dendam?”, tanya sang dokter seperti merasa ingin tahu.
“Sama si Rani sih nggak marah lagi, tapi sampai sekarang saya masih dendam kesumat sama om-om atau pejabat pemerintah yang seperti itu”, jelas Edo pada wanita itu sembari menatapnya.

Sejenak keduanya bertemu pandang, Edo merasakan sebuah perasaan aneh mendesir dadanya. Hanya beberapa detik saja keduanya saling memandang sampai Edo tersadar siapa yang sedang dihadapinya.
“Ah, ma.., ma.., maaf, Bu. Bicara saya jadi ngawur”, kata pemuda itu terpatah-patah.”Oh nggak…, nggak apa-apa kok, Do. Aku juga punya problem yang serupa dengan kamu”, jawab wanita itu sambil kemudian mulai menceritakan masalah pribadi dalam keluarganya. Ia yang kini sudah memiliki dua anak yang bersekolah di Amerika itu sedang mengalami masalah yang cukup berat dalam rumah tangganya. Dengan penuh emosi ia menceritakan masalahnya dengan suaminya yang seorang pejabat pemerintah sekaligus pengusaha terkenal itu.
“Berkali-kali aku mendengar cerita tentang kebejatan moralnya, ia pernah menghamili sekertarisnya di kantor, lalu wanita itu ia pecat begitu saja dan membayar seorang satpam untuk mengawini gadis itu guna menutupi aibnya. Dasar lelaki bangsat”, ceritanya pada Edo.
“Sekarang dia sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita pengusaha di luar negeri. Baru tadi aku melihatnya bersama dalam sebuah berita di TV”, lanjut wanita itu dengan raut muka yang sedih.
“Sabar, Bu. Mungkin suatu saat dia akan sadar. Masa sih dia nggak sadar kalau memiliki istri secantik ibu”, ujar Edo mencoba menghiburnya.
“Aku sudah bosan bersabar terus, hatiku hancur, Do. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Dibohongi?”, sengitnya sambil menatap pemuda itu dengan tatapan aneh. Wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Edo.

Beberapa menit keadaan menjadi vacum. Mereka saling menatap penuh misteri. Dada Edo mendesir mendapat tatapan seperti itu, pikirannya bertanya-tanya.
“Ada apa ini?”, gumamnya dalam hati. Namun belum sempat ia menerka apa arti tatapan itu, tangannya tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut menyentuh, ia terhenyak dalam hati. Desiran dadanya kini berubah menjadi getaran keras di jantungnya. Namun belum sempat ia bereaksi atas semua itu tangan sang dokter itu telah meremas telapak tangan Edo dengan mesra. Kini ia menatap wanita itu, dokter Miranti memberinya senyuman, masih misteri.

“Edo…., kamu dan aku memiliki masalah yang saling berkaitan”, katanya perlahan.
“Ma…, maksud ibu?”, Edo tergagap.
“Kehidupan cinta kamu dirusakkan oleh generasi seumurku, dan rumah tanggaku rusak oleh kehidupan bejat suamiku. Kita sama-sama memiliki beban ingatan yang menyakitkan dengan musuh yang sama”.
“lalu?”.
“Kenapa tak kamu lampiaskan dendam itu padaku?”.
“Maksud ibu?”, Edo semakin tak mengerti.
“Aku dendam pada suamiku dan kaum mereka, dan kau punya dendam pada para pejabat yang telah mengecewakanmu. Kini kau menemukan aku, lampiaskan itu. Kalau mereka bisa menggauli generasimu mengapa kamu nggak menggauli kaum mereka? Aku istri pejabat, dan aku juga dikecewakan oleh mereka”.
“Saya masih belum mengerti, Bu”.
“Maksudku, hmm…, kenapa kita tidak menjalin hubungan yang lebih dekat lagi”, jelas wanita itu.

Edo semakin penasaran, ia memberanikan dirinya bertanya, “Maksud ibu…, mm…, ki…, ki…, kita berselingkuh?”, ia berkata sambil memberanikan dirinya menatap wanita paruh baya itu.
“Yah…, kita menjalin hubungan cinta”, jawab dokter Miranti enteng.
“Tapi ibu wanita bersuami, ibu punya keluarga”.
“Ya…, tapi sudah hancur, tak ada harapan lagi. Kalau suamiku bisa mencicipi gadis muda, kenapa aku tidak bisa?”, lanjutnya semakin berani, ia bahkan merangkul pundak pemuda itu. Edo hanya terpaku.
“Ta…, tapi, Bu…”.
“Seumur perkawinanku, aku hanya merasakan derita, Do. Aku ingin kejantanan sejati dari seorang pria. Dan pria itu adalah kamu, Do”, lalu ia beranjak dari tempat duduknya mendekati Edo. Dengan mesra diberinya pemuda itu sebuah kecupan. Edo masih tak bereaksi, ia seperti tak mempercayai kejadian itu.
“Apakah saya mimpi?”, katanya konyol.
“Tidak, Do. Kamu nggak mimpi, ini aku, Dokter Miranti yang kamu kagumi”.
“Tapi, Bu.., ibu sudah bersuami”.
“Tolong jangan katakan itu lagi Edo”.

Kemudian keduanya terpaku lama, sesekali saling menatap. Pikiran Edo berkecamuk keras, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya ia begitu gembira, tak pernah ia bermimpi apapun. Namun ia masih merasa ragu.
“Apakah segampang ini?”, gumamnya dalam hati.
“Cantik sekali dokter ini, biarpun umurnya jauh lebih tua dariku tapi oh tubuh dan wajahnya begitu menggiurkan, sudah lama aku memimpikan bercinta dengan wanita istri pejabat seperti dia. Tapi…”, hatinya bertanya-tanya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Kini mereka duduk dalam posisi saling bersentuhan. Baru sekitar tiga puluh menit kemudian dokter Miranti tiba-tiba berdiri.

“Do, saya ingin ngobrol lebih banyak lagi, tapi nggak di sini, kamu temui saya di Hotel Hyatt. Saya akan memesan kamar di situ. Selamat malam”, serunya kemudian berlalu meninggalkan Edo yang masih terpaku.
Pemuda itu masih terlihat melamun sampai seorang pelayan restoran datang menyapanya.
“Pak Edo, bapak mau pesan lagi?”.
“Eh…, oh nggak…, nggak, aduh saya kok ngelamun”, jawabnya tergagap mengetahui dirinya hanya terduduk sendiri.
“Teman Bapak sudah tiga puluh menit yang lalu pergi dari sini”, kata pelayan itu.
“Oh ya?”, sahut Edo seperti orang bodoh. Pelayan itu mengangkat bahunya sambil berlalu.
“Eh…, billnya!”, panggil Edo.
“Sudah dibayar oleh teman Bapak”, jawab pelayan itu singkat.
Kini Edo semakin bingung, ia masih merasakan getaran di dadanya. Antara percaya dan tidak. Ia kemudian melangkah ke lift dan turun ke tempat parkir. Hanya satu kalimat dokter Miranti yang kini masih terngiang di telinganya. Hotel Grand Hyatt!
Dengan tergesa-gesa ia menuju ke arah mobilnya. Perjalanan ke hotel yang dimaksud wanita itu tak terasa olehnya, kini ia sudah sampai di depan pintu kamar yang ditanyakannya pada receptionis. Dengan gemetar ia menekan bel di pintu kamar itu, pikirannya masih berkecamuk bingung.

“Masuk, Do”, sambut dokter Miranti membuka pintu kamarnya. Edo masuk dan langsung menatap dokter Miranti yang kini telah mengenakan gaun tidur sutra yang tipis dan transparan. Ia masih tampak terpaku.
“Do, ini memang hari pertemuan kita yang pertama tapi apakah salahnya kalau kita sama-sama saling membutuhkan”, kata dokter Miranti membuka pembicaraan.
“Cobalah realistis, Do. Kamu juga menginginkan ini kan?”, lanjut wanita itu kemudian mendudukkan Edo di pinggir tempat tidur luas itu.
Edo masih tampak bingung sampai sang dokter memberinya kecupan di bibirnya, ia merasakan seperti ada dorongan untuk membalasnya.
“Oh…, Bu”, desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Miranti. Dadanya masih bergetar saat merasakan kemesraan wanita itu. Dokter Miranti kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian pemuda itu. Dengan perlahan Edo juga memberanikan diri melepas ikatan tali gaun tidur sutra yang dikenakan sang dokter. Begitu tampak buah dada dokter Miranti yang besar dan ranum itu, Edo terhenyak.
“Oh…, indahnya susu wanita ini”, gumamnya dalam hati sambil lalu meraba payudara besar yang masih dilapisi BH itu. Tangan kirinya berusaha melepaskan kancing BH di punggung dokter Miranti. Ia semakin terbelalak saat melihat bentuk buah dada yang kini telah tak berlapis lagi. Tanpa menunggu lagi nafsu pemuda itu bangkit dan ia segera meraih buah dada itu dan langsung mengecupnya. Dirasakannya kelembutan susu wanita cantik paruh baya itu dengan penuh perasaan, ia kini mulai menyedot puting susu itu bergiliran.

“Ooohh…, Edo…, nikmat sayang…., mm sedot terus sayang ooohh, ibu sayang kamu, Do…, ooohh”, desah dokter Miranti yang kini mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulut Edo yang menggilir kedua puting susunya. Tangan wanita itupun mulai meraih batang kemaluan Edo yang sudah tegang sedari tadi, ia terhenyak merasakan besar dan panjangnya penis pemuda itu.
“Ohh…, besarnya punya kamu, Do. Tangan ibu sampai nggak cukup menggenggamnya”, seru dokter Miranti kegirangan. Ia kemudian mengocok-ngocokkan penis itu dengan tangannya sambil menikmati belaian lidah Edo di sekitar payudara dan lehernya.

Kemaluan Edo yang besar dan panjang itu kini tegak berdiri bagai roket yang siap meluncur ke angkasa. Pemuda yang sebelumnya belum pernah melakukan hubungan seks itu semakin terhenyak mendapat sentuhan lembut pada penisnya yang kini tegang. Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh wanita itu, Edo merasakan sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Ia tak pernah membayangkan akan dapat menikmati hubungan seks dengan wanita yang sangat ia kagumi ini, ia yang sebelumnya bahkan hanya menonton film biru itu kini mempraktekkan semua yang ia lihat di dalamnya. Hatinya begitu gembira, sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus dokter Miranti membuatnya semakin terlena.

Dengan mesra sekali wanita itu menuntun Edo untuk menikmati sekujur tubuhnya yang putih mulus itu. Dituntunnya tangan pemuda itu untuk membelai lembut buah dadanya, lalu bergerak ke bawah menuju perutnya dan berakhir di permukaan kemaluan wanita itu. Edo merasakan sesuatu yang lembut dan berbulu halus dengan belahan di tengahnya. Pemuda itu membelainya lembut sampai kemudian ia merasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan dokter Miranti. Ia menghentikan gerakannya sejenak, lalu dengan perlahan sang dokter membaringkan tubuhnya dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yang basah itu terlihat seperti menantang Edo. Pemuda itu terbelalak sejenak sebelum kemudian bergerak menciumi daerah itu, jari tangan dokter Miranti kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding vaginanya. Edo semakin terangsang, dijilatinya semua yang dilihat di situ, sebuah benda sebesar biji kacang di antara dinding vagina itu ia sedot masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuat dokter Miranti menarik nafas panjang merasakan nikmat yang begitu hebat.

“Ohh…, hmm…, Edo, sayang, ooohh”, desahnya mengiringi bunyi ciplakan bibir Edo yang bermain di permukaan vaginanya.
Dengan gemas Edo menjilati kemaluan itu, sementara dokter Miranti hanya bisa menjerit kecil menahan nikmat belaian lidah Edo. Ia hanya bisa meremas-remas sendiri payudaranya yang besar itu sambil sesekali menarik kecil rambut Edo.
“Aduuuh sayang, ooohh nikmaat…, sayang…, oooh Edo…, ooohh pintarnya kamu sayang…, ooohh nikmatnya…, ooohh sedooot teruuusss…, ooohh enaakkk…, hmm…, ooohh”, jeritnya terpatah-patah.

Puas menikmati vagina itu, Edo kembali ke atas mengarahkan bibirnya kembali ke puting susu dokter Miranti. Sang dokterpun pasrah saja, ia membiarkan dirinya menikmati permainan Edo yang semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sedotan mulut Edo.
“ooohh, Edo sayang. Berikan penis kamu sama ibu sayang, ibu ingin mencicipinya”, pinta wanita itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluan Edo. Tangannya tampak bahkan tak cukup untuk menggenggamnya, ukurannya yang super besar dan panjang membuat dokter Miranti seperti tak percaya pada apa yang dilihatnya. Wanita itu mulai mengulum penis Edo, mulutnya penuh sesak oleh kepala penis yang besar itu, hanya sebagian kecil saja kemaluan Edo yang bisa masuk ke mulutnya sementara sisanya ia kocok-kocokkan dengan telapak tangan yang ia lumuri air liurnya. Edo kini menikmati permainan itu.
“Auuuhh…, Bu, ooohh…, enaakk aahh Bu dokter…, oooh nikmat sekali…, mm…, oooh enaknya…, ooohh…, ssstt…, aahh”, desah pemuda itu mulai menikmatinya.

Sesaat kemudian, Dokter Miranti melepaskan kemaluan yang besar itu lalu membaringkan dirinya kembali di pinggiran tempat tidur. Edo meraih kedua kaki wanita itu dan langsung menempatkan dirinya tepat di depan selangkangan dokter Miranti yang terbuka lebar. Dengan sangat perlahan Edo mengarahkan kemaluannya menuju liang vagina yang menganga itu dan, “Sreett.., bleeesss”.
“Aduuuhh…, aauuu Edooo…, sa.., sa.., sakiiittt…, vaginaku robeeek aahh…, sakiiit”, teriak dokter Miranti merasakan vaginanya yang ternyata terlalu kecil untuk penis Edo yang super besar, ia merasakan vaginanya robek oleh terobosan penis Edo. Lebih dahsyat dari saat ia mengalami malam pertamanya.
“Edo sayang, punya kamu besar sekali. Vaginaku rasanya robek do, main yang pelan aja ya, sayang?”, pintanya lalu pada Edo.
“Ouuuhh…, ba.., ba.., baik, Bu”, jawab Edo yang tampak sudah merasa begitu nikmat dengan masuknya penis ke dalam vagina dokter Miranti.

Kini dibelainya rambut sang dokter sambil menciumi pipinya yang halus dengan mesra. Pemuda itu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina dokter Miranti dengan perlahan sekali sampai beberapa menit kemudian rasa sakit yang ada dalam vagina wanita itu berubah menjadi nikmat, barulah Edo mulai bergerak menggenjot tubuh wanita itu dengan agak cepat. Gerakan tubuh mereka saling membentur mempertemukan kedua kemaluan mereka. Nafsu birahi mereka tampak begitu membara dari gerakan yang semakin lama semakin menggairahkan, teriakan kecil kini telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks itu.

Keduanya tampak semakin bersemangat, saling menindih bergilir menggenjot untuk meraih tahap demi tahap kenikmatan seks itu. Edo yang baru pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks itu benar-benar menikmati keluar masuknya penis besar itu ke dalam liang vagina sang dokter yang semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yang muali melumasi dindingnya. Demikian pula halnya dengan dokter Miranti. Ia begitu tampak kian menikmati goyangan tubuh mereka, ukuran penis Edo yang super besar dan terasa merobek liang vaginanya itu kini menjadi sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya, namun bukan lagi karena merasa sakit tapi untuk mengimbangi dahsyatnya kenikmatan dari penis pemuda itu. Tak pernah ia bayangkan akan dapat menemukan penis sebesar dan sepanjang milik Edo, penis suaminya yang bahkan ia tahu sering meminum obat untuk pembesar alat kelamin tak dapat dibandingkan dengan ukuran penis Edo. Baru pertama kali ini ia melihat ada kemaluan sebesar itu, panjang dan keras sekali.

Bunyi teriakan nyaring bercampur decakan becek dari kedua alat kelamin mereka memenuhi ruangan luas di kamar suite hotel itu. Desahan mereka menahan kenikmatan itu semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar.
“Ooohh…, ooohh…, ooohh…, enaak…, oooh…, enaknya bu…, ooohh nikmat sekali ooohh”, desah Edo.
“mm…, aahh…, goyang terus, Do…, ibu suka sama punya kamu, ooohh…, enaknya, sayang ooohh…, ibu sayang kamu Edo…, ooohh”, balas dokter Miranti sambil terus mengimbangi genjotan tubuh pemuda itu dengan menggoyang pinggulnya.

Lima belas menit lebih mereka melakukannya dengan posisi itu dimana Edo menindih tubuh sang dokter yang mengapit dengan pahanya. Kini saatnya mereka ingin mengganti gaya.
“Ouuuhh Edo sayang, ganti gaya yuuuk?”, ajak sang dokter sambil menghentikan gerakannya.
“Baik, Bu”, jawab pemuda itu mengiyakan.
“Kamu di bawah ya sayang? Ibu pingin goyang di atas tubuh kamu”, katanya sambil menghentikan gerakan tubuh Edo, pemuda itu mengangguk sambil perlahan melepaskan penisnya dari jepitan vagina dokter Miranti. Kemudian ia duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh wanita itu.
“uuuh, cantiknya wanita ini”, ia bergumam dalam hati lalu berbaring menunggu dokter Miranti yang sudah siap menungganginya.

Kini wanita itu berjongkok tepat di atas pinggang Edo, ia sejenak menggenggam kemaluan pemuda itu sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam liang vaginanya dengan perlahan dan santai. Kembali ia mendesah merasakan penis itu masuk menembus dinding kemaluannya dan menerobos masuk sampai dasar liang vagina yang terasa sempit oleh Edo.
“Ooouuuhh…”, desahnya memulai gerakan menurun-naikkan pinggangnya di atas tubuh pemuda itu.
Edo meraih payudara montok yang bergantungan di dada sang dokter, sesekali ia meraih puting susu itu dengan mulutnya dan menyedot-nyedot nikmat.

Keduanya kembali terlibat adegan yang lebih seru lagi, dengan liar dokter Miranti menggoyang tubuh sesuka hati, ia tampak seperti kuda betina yang benar-benar haus seks. Ia yang baru kali ini menikmati hubungan seks dengan lelaki selain suaminya itu benar-benar tampak bergairah, ditambah dengan ukuran kemaluan Edo yang super besar dan panjang membuatnya menjadi begitu senang. Dengan sepenuh hati ia raih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun ia lewatkan kenikmatan penis Edo yang menggesek dinding dalam kemaluannya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya.
“Aahh…, ooohh…, aahh…, ooohh…, ooohh…, enaak…, ooohh…, nikmaatt…, sekali…, Edo sayaanngg…, ooohh Edo…, Do…, enaak sayang ooohh”, teriaknya tak karuan dengan gerakan liar di atas tubuh pemuda itu sembari menyebut nama Edo. Ia begitu menyukai pemuda itu.
“Ooohh Bu dokter…, ooohh…, ibu juga pintar mainnya…, ooohh, Bu dokter cantik sekali”, balas Edo.
“Remas susu ibu, Do. ooohh…, sedot putingnya sayang…, ooohh pintarnya kamu, oooh…, ibu senang sama punya kamu, ooohh…, nikmatnya sayang, ooohh…, panjang sekali, ooohh…, enaak”, lanjut sang dokter dengan gerakan yang semakin liar. Edo mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha dokter Miranti yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Edo yang bertubi-tubi.

Namun beberapa saat kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat dari penis pemuda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati permainan itu dengan garang, kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada penis Edo hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh pemuda itu.
“Ooohh…, ooohh…, aauu, aku keluarr…, Edo…, aahh…, aah…, aku, nggak kuat lagi aku…, Do…, ooohh…, enaaknya…, sayang, ooohh…, Edo sayang…, hhuuuh…, ibu nggak tahan lagi”, jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edo, cairan kelamin dalam rahimnya muncrat memenuhi liang vagina di mana penis Edo masih tegang dan keras.
“Ooohh nikmat bu…, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat…, ooohh…, nikmat Bu dokter, ooohh…, semakin nikmat sekali Bu dokter, ooohh…, enaak, mm…, ooohh…, uuuhh…, ooohh…, ooohh, nikmat sekali…, uuuhh…, Bu dokter cantik…, aauuuhh…, ssshh nikmat bu”, desah Edo merasakan kenikmatan dalam liang vagina sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi, vagina itu terasa makin menjepit penisnya yang terus saja menggesek dinding vagina itu. Kepala penisnya yang berada jauh di dalam liang vagina wanita itu merasakan cairan hangat menyembur dan membuat liang vagina sang dokter terasa semakin nikmat dan licin.

Pemuda itu membalas pelukan dokter Miranti yang tampak sudah tak sanggup lagi menggoyang tubuhnya di atas tubuh Edo. Sejenak gerakan mereka terhenti meski Edo sedikit kecewa karena saat itu ia rasakan vagina sang dokter sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu.
“Oh Edo sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago”, katanya pada Edo sambil memandang wajah pemuda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Edo untuk menahan goyangan penis di selangkangannya.

Sejenak Dokter Miranti beristirahat di pelukan pemuda itu, ia terus memuji kekuatan dan kejantanan Edo yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
“Edo..”, sapanya memecah keheningan sesaat itu.
“Ya, bu?”, jawab Edo sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang dokter yang begitu ia senangi.
“Sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do”, lanjutnya terheran-heran.
“Saya baru sekali ini melakukannya, Bu”, jawab Edo.
“Ah masa sih, bohong kamu, Do”, sergah dokter Miranti sambil membalas ciuman Edo di bibirnya.
“Benar kok, Bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya”, Edo bersikeras.
“Tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi kita lakukan”, lanjut sang dokter tak percaya.
“Saya hanya menonton film, Bu”, jawab pemuda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi permainannya. Dirasakannya dinding vagina yang tadinya merasa geli saat mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edopun merasakan gejala itu dari denyutan vagina sang dokter. Edo melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung sang dokter, tangannya nenuntun penis besar itu ke arah permukaan lubang kemaluan dokter Miranti yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka hati. Pemuda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter, lalu perlahan sekali ia memasukkan penis besarnya ke dalam liang sang dokter dari arah belakang pantatnya.

“Ooohh, pintarnya kamu Edo…, oooh ibu suka gaya ini, mm…, goyang teruuuss…, aahh, nikmat do, ooohh…, sampai pangkalnya terusss, ooohh…, enaak..tarik lagi sayang ooohh, masukin lagii ooohh, sampai pangkal nya Edo…, ooohh, sayang nikmat sekali, ooohh…, oohh Edo…, ooohh…, mm…, Edo…, sayang”, desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu dengan sangat sempurna. Tangan Edo meremas susunya sementara penis pemuda itu tampak jelas keluar masuk liang vaginanya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan. Demikian juga dengan Edo yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Miranti yang sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta Edo semakin membara. Dengan sepenuh hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.

Sekitar dua puluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan permainannya secara bersamaan.
“Huuuh…, ooohh…, ooohh…, aahh…, ooohh…, nikmat sekali Do, goyang lagi sayang, ooohh…, ibu mau keluar sebentar lagi sayang, ooohh…, goyang yang keras lagi sayang, ooohh…, enaknya penis kamu, ooohh…, ibu nggak kuat lagi oooh”, jerit dokter Miranti.
“Uuuhh…, aahh…, ooohh, mm…, aah…, saya juga mau keluar Bu, ooohh…, dokter Miranti sayaang, ooohh…, mm…, enaakk sekali, ooohh…, ooohh, dokter sayang, ooohh…, dokter cantik, ooohh…, enaakk…, dokter dokter sayang, ooohh…, vagina dokter juga nikmat sekali, oooh”, teriak Edo juga.
“Ooohh enaknya sayang, ooohh…, pintar kamu sanyang, ooohh…, kocok terus, oooh…, genjot yang keraass, ooohh”.
“Ooohh dokter, susunya…, ooohh…, saya mau sedot, ooohh”, Edo meraih susu sang dokter lalu menyedotnya dari arah samping.
“Oooh Edo pintarnya kamu sayang, ooohh…, nikmatnya, ooohh…, ibu sebentar lagi keluar sayang, ooohh…, keluarin samaan yah, ooohh”, ajak sang dokter.
“Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter, ooohh…, vagina ibu nikmat sekali, ooohh…, mm…, enaknya, ooohh”, teriak Edo sambil mempercepat lagi gerakannya.

Namun beberapa saat kemudian dokter Miranti berteriak panjang mengakhiri permainannya.
“Aauuuwww…, ooohh…, Edooo, ibu nggak tahan lagiii…, keluaar…, aauhh nikmatnya sayang, ooohh”, jeritnya panjang sambil membiarkan cairan kelaminnya kembali menyembur ke arah penis Edo yang masih menggenjot dalam liang kemaluannya. Edo merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya keluar juga, beberapa saat ia merasakan vagina sang dokter menjepit kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras ke arah penisnya. Dan beberapa saat kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih klimaks permainan.
“Ooohh…, aahh…, oooww…,aahh, dokter…, Miranti…, sayyaang…, oooh…, enaak sekalii…, ooohh saya juga keluaarr, ooohh”, jeritnya panjang sesaat setelah sang dokter mengakhiri teriakannya.
“Edo sayang, ooohh…, jangan di dalam sayang, ooohh…, ibu nggak pakai alat kontrasepsi, ooohh…, sini keluarin di luar Edo, sayang berikan pada ibu, oooh…, enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu, ooohh”, pintanya sembari merasakan nikmatnya denyutan penis Edo. Ia baru sadar dirinya tak memakai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edo sambil meraih batang penis yang sedang meraih puncak kenikmatan itu.

Kemudian pemuda itu mencabut penisnya dengan tergesa-gesa dari liang kemaluan sang dokter dan, “Cropp bresss…, crooottt.., crooott.., creeess”, cairan kelamin Edo menyembur ke arah wajah sang dokter. Edo berdiri mengangkang di atas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras dan banyak ke arah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan masuk ke mulut sang dokter.
“Ohh…, sayang,terus ooohh…, berikan pada ibu, ooohh…, hmm…, nyam…, enaknya, ooohh…, semprotkan pada ibu, ooohh…, ibu ingin meminumnya Edo, ooohh…, enaakkknya sayang, oooh…, lezat sekali”, jerit wanita itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani pemuda itu ke dalam mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang penis Edo dan menyedot keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu hingga Edo merasakan semua cairannya habis.

“Ooohh Bu dokter, ooohh dokter, saya puas sekali bu”, kata Edo sembari merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
“Kamu kuat sekali Edo, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu”, seru sang dokter pada Edo sambil mencium dada pemuda itu.
“Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya bercinta”, jawab Edo sekenanya sambil membalas ciuman dokter Miranti. Tangannya membelai halus permukaan buah dada sang dokter dan memilin-milin putingnya yang lembut.
“Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami Ibu, kita sedang berselingkuh dan ibu punya keluarga”, sergah Edo sambil menatap wajah manis dokter Miranti.
“Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang asyik menikmati tubuh wanita-wanita lain?”.
“Benarkah?”.
“Aku pernah melihatnya sendiri, Do. Waktu itu kami sedang berlibur di Singapura bersama kedua anakku”, lanjut sang dokter memulai ceritanya pada Edo.

Edo hanya terdiam mendengar cerita dokter Miranti. Ia menceritakan bagaimana suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia saat menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya sendiri.
“Kamu bisa bayangkan, Do. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu, dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu…”, ceritanya pada Edo dengan muka sedih.
“Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu bersedih”.
“Tak apa, Do. Ini kenyataan kok”.
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata, “Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..”, Edo berusaha menenangkan perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter ternyata wanita itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit.
“Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu”, Kata Edo menghibur sang dokter.
“Ah kamu bisa aja, Do. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang sudah empat puluh tiga tahun, lho?”.
“Tapi, Bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan wanita dewasa seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini”, lanjut pemuda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat pelukannya.
“Kamu mau pacaran sama ibu?”.
“Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?”, tanya Edo.
“Kamu benar suka sama ibu?”.
“Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu”, Edo mengecup bibir wanita itu.
“Oh Edo sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?”.
“Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya sama sekali tidak tertarik pada gadis remaja atau yang seumur. Ibu benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter sudah membuat saya benar-benar puas”.
“Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan berikan padamu”, jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edo yang sudah tampak tertidur.
“Terima kasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka”.
“Ibu sayang kamu, Do”.
“Saya juga, Bu. oooh dokter Miranti…”, desah pemuda itu kemudian merasakan penisnya teremas tangan sang dokter.
“Oooh Edo, sayang..”, balas dokter Miranti menyebut namanya mesra.

Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan masing-masing dan berusaha membangkitkan nafsu untuk kembali bercinta. Edo meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir merah sang dokter. “Oooh dokter Miranti, sayang…, ooohh”, desah Edo merasakan penisnya yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang dokter. Sementara tangan pemuda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan dokter Miranti yang mulai terasa basah lagi.
“ooohh…, uuuhh Edo sayang…, nikmat.sayang, ooohh Edo…, Ibu pingin lagi, Do, ooohh…, kita main lagi sayang, ooohh”, desah manja dan menggairahkan terdengar dari mulut dokter Miranti.
“Uuuhh…, saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooohh…, Ibu cantik sekali, oooh…, dokter Miranti sayang, ooohh…, remas terus penis saya Bu, ooohh”.
“Ibu suka penis kamu Do, bentuknya panjang dan besar sekali. ooouuuhh…, baru pertama ini ibu merasakan penis seperti ini”, suara desah dokter miranti memuji kemaluan Edo.

Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama lima belas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Miranti berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edo mengakhiri permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan menghadapinya. Kejantanan pemuda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya bernafsu itu digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno. Semua di praktikkan Edo, dari ‘doggie style’ sampai 69 ia lakukan dengan penuh nafsu. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. Tak satupun tempat di ruangan itu yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi, bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa di ruangan itu menjadi tempat pelampiasan nafsu seks mereka yang membara.

Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai lemas saling mendekap setelah Edo mengalami ejakulasi bersamaan dengan orgasme dokter Miranti yang sudah empat kali itu. Dengan saling berpelukan mesra dan kemaluan Edo yang masih berada dalam liang vagina sang dokter, mereka tertidur pulas.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Edo yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh wanita itu benar-benar merasa puas. Dokter Miranti telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat meniduri istri pejabat seperti wanita ini, kini dokter Miranti datang dengan sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan nafsu birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia lupa segalanya. Edo tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang dokter meronta merasakan klimaks dari hubungan seks itu. Cairan maninya terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi disiramkan di sekujur tubuh wanita itu.

Begitupun dengan dokter Miranti, baginya malam yang indah itu adalah malam pertama ia merasakan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. Ia yang tak pernah sekalipun mengalami orgasme saat bermain dengan suaminya, kini merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edo dengan ukuran super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah ia lupakan. Belasan kali sudah Edo membuatnya meraih puncak kenikmatan senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur Edo yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah. Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan dan perkasa yang berumur jauh di bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur tiada henti saat permainan cinta itu berlangsung membuat vaginanya terasa kering. Namun sekali lagi, ia merasa puas, sepuas-puasnya.

Sejak saat itu, dokter Miranti menjalin hubungan gelap dengan dengan Edo. Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagiaan cinta yang mereka raih dari kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu saat suami dokter Miranti tidak di rumah. Di hotel, di apartement Edo atau bahkan di rumah sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan seks yang seru tak pernah mereka lewatkan.

Terlampiaskan sudah nafsu seks dan dendam pada diri mereka masing-masing. Dokter Miranti tak lagi mempermasalahkan suaminya yang doyan perempuan itu. Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani nafsu birahi suaminya dengan serius. Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Miranti meludahi muka suaminya, lelaki tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yang dengan sewenang-wenang membeli kewanitaan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ke tangan seorang pemuda perkasa yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.

Posting Lama ►
 

Popular Post

Trending Topic

Entertainment

Copyright © 2012. Tabloid Metropolitan - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz